Dahsyatnya Persaksian Tetangga Dekat

Bunda, jangan sepelekan tetangga kita. Selagi mampu berbuat baiklah kepada mereka. Jika belum bisa membantu meringankan kesusahannya, minimal jangan membuat susah. Jika belum bisa berbagi makanan dengannya, minimal jangan pelit untuk menyapa dan menebarkan senyum kepadanya. Sungguh, akan ada waktunya kita sangat membutuhkan persaksian mereka!

Dari sahabat Anas bin Malik ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda:

“Tidaklah seorang Muslim meninggal dunia, lalu empat keluarga dari tetangga terdekatnya bersaksi untuknya (bahwa dia adalah orang baik), melainkan Allah Ta’ala berfirman:

‘Sungguh telah Aku terima pengetahuan kalian tentangnya dan Aku ampuni dosanya yang tidak kalian ketahui’.” (HR Ahmad)

Hanya Ingin Diaminkan!

Keberuntungan seorang Muslim adalah saat dia mampu mengisi hari-harinya dengan amal kebaikan. Pada saat bersamaan, dia terus memohon ampunan kepada Allah atas dosa-dosa yang pernah dilakukannya.

Adapun di antara puncak kebaikan adalah berbakti kepada kedua orangtua, memberi apa yang mereka sukai, melakukan apa yang mereka ridhai, termasuk meringankan pekerjaannya, mengunjunginya, menyapa dan meminta nasihat serta doa-doa darinya. Atau setidaknya, rutin menanyakan kabar beritanya.

Doa Memohon Ampunan untuk Diri, Orangtua dan Kaum Beriman

Al-Quran berisi banyak doa yang indah bahasanya, ringkas redaksinya, akan tetapi amat dalam makna dan kandungannya. Salah satunya adalah doa berikut:

_Rabbigfir lī wa liwālidayya wa liman dakhala baitiya mu`minaw wa lil-mu`minīna wal-mu`mināt, wa lā tazidiẓ-ẓālimīna illā tabārā._

“Ya Tuhanku, ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan.”

Doa ini diucapkan setelah Nabi Nuh as. mendoakan kebinasaan untuk orang-orang kafir.

Asy-Syaikh Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili, dalam Tafsir Al-Wajiz, menjelaskan makna doa ini:

• Setelah Nabi Nuh berdoa bagi orang-orang kafir (ayat 26-27), dia berdoa untuk diri dan kedua orangtuanya, kemudian bagi orang-orang yang menerima dakwahnya dengan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Kemudian, dia memohonkan ampunan dan rahmat untuk orang beriman baik laki-laki maupun perempuan.

• Nabi Nuh as. mengulangi doanya kepada orang-orang kafir dengan berkata: Janganlah Engkau tambah wahai Rabbku orang-orang yang zalim kecuali Engkau binasakan, Engkau jadikan orang-orang merugi dan lenyapkan di dunia dan akhirat.

Saat Fatimah Meminta Pembantu kepada Ayahandanya

Satu kali Fatimah ra. mengadu kepada sang ayah akan beratnya pekerjaan yang dia lakukan. Fatimah pun meminta agar Rasulullah saw. memberinya seorang pembantu.

Namun, beliau justru memberikan solusi yang lebih berharga daripada memberinya seorang pembantu.

Nabi saw. bersabda, “Maukah kalian berdua aku tunjukkan sesuatu yang lebih baik untuk kalian dari pada seorang pembantu? Jika kalian hendak mendatangi tempat tidur kalian, ucapkanlah 33 kali tahmid, 33 kali tasbih, dan 34 kali takbir.” (HR At-Tirmidzi)

Secara tidak langsung, Rasulullah saw. menyuruh Fatimah r.a. untuk bersabar dan mengganti keluhannya dengan berzikir kepada Allah sebelum tidur.

Seakan-akan Nabi saw. bersabda, “Biarlah Allah yang memberikan kekuatan kepadamu walau tanpa kehadiran seorang pembantu.”

Hal ini bisa pula kita praktikkan. Setiap hendak tidur kita berzikir kepada Allah dengan memuji-Nya sehingga hati kita terapa lapang.

Sesungguhnya, apabila semua kelelahan, kesusahan dan permasalahan hidup dipasrahkan kepada-Nya, niscaya apa yang menimpa akan terasa lebih ringan. Hati menjadi lebih tenang. Hidup pun lebih optimis. Saat itulah Allah akan memberi kemudahan atas segala urusan kita.

Jalan Surga Kaum Bapak

Jangan sepelekan bekerja keras mencari nafkah halal untuk keluarga. Ada kemuliaan di sana. Ada penghapusan dosa di dalamnya. Ada limpahan pahala di sebaliknya.

Serendah apapun pekerjaan yang digeluti dalam pandangan manusia, dia tetap bernilai mulia di hadapan Allah Azza wa Jalla, selama niat dan caranya benar.

Ulama salaf berkata, “Siapa yang rela menjadi pekerja rendahan guna mencari rezeki yang halal (karena mengharap ridha Allah), niscaya dosa-dosanya akan berguguran sebagaimana dedaunan yang berguguran dari pohon.”

Ibu Tangguh, Ibu yang Dirindu dan Ditunggu!

Setiap ujian, cobaan dan aneka kesusahan yang menimpa, hakikatnya adalah pembelajaran yang Allah siapkan agar kita menjadi lebih baik, lebih kuat, lebih tangguh dan tidak mudah berputus asa.

Maka, beruntungnya seorang ibu yang terlatih dalam menjalani aneka kesusahan hidup. Dengan kesabarannya, dia menjadi sosok ibu yang tangguh. Inilah modal terpenting yang dapat dia tularkan dan ajarkan kepada anak-anaknya. Sehingga, mereka bisa tumbuh menjadi sosok yang tangguh, kuat dan tidak mudah putus asa.

Bukankah seorang anak hebat lahir dari ibu yang hebat pula?

Kerja Sampingan sang Gubernur

Sebaik-baik suami adalah dia yang senang meringankan beban pekerjaan istrinya. Dia bersikap lembut, penyayang lagi amat menjaga perasaan sang istri.

Saat marah, dia tidak berlaku kasar. Saat tidak senang, dia tidak mengumpatnya. Saat bisa mengerjakan suatu pekerjaan seorang sendiri, dia pun tidak menyeruh sang istri untuk melakukannya.

Kita bisa belajar dari para sahabat tentang bagaimana mereka memperlakukan istri. Salah satunya dari Salman Al-Farisi ra.

Imam Adz-Dzahabi, dalam Al-Kabâir, mengisahkan bahwa ada serombongan orang mendatangi Salman Al-Farisi ra. Saat itu, dia menjabat sebagai gubernur di Madain. Orang-orang ini melihat sang gubernur tengah membuat adonan roti untuk keluarganya.

Mereka pun berkata, “Apakah tidak sebaiknya istrimu yang melakukannya?”

Salman pun menjawab, “Aku sudah menyuruhnya untuk melakukan suatu pekerjaan. Itulah mengapa, aku tidak ingin membebaninya dengan pekerjaan lain.”