Kiat Menjaga Keharmonisan dengan Saudara

Persaudaraan membawa rahmat. Perpecahan dan permusuhan membawa keburukan, ketidaktenangan dan aneka keburukan.

Maka, menjaga persaudaraan bukan hanya kewajiban, akan tetapi sebuah keutamaan yang akan menyempurnakan akhlak seorang Muslim.

Adapun penggerak dan penguat persaudaraan adalah hadirnya kasih sayang. Tanpa hadirnya kasih sayang di antara sesama, persaudaraan tidak akan pernah terwujud. Maka pantas apabila menebar kasih sayang adalah perbuatan yang amat dicintai Allah.

Rasulullah saw. bersabda, “Orang-orang yang saling berkasih sayang akan disayang oleh Zat Yang Maha Penyayang. Maka, sayangilah yang di bumi niscaya yang di langit akan menyanyangi kalian.” (HR Abu Dawud, No. 4941)

Lalu, apa saja yang dapat kita lakukan untuk menumbuhsuburkan rasa kasih sayang dengan sesama? Setidaknya ada lima cara.

Pertama, lihatlah selalu sisi positif orang lain. Kedua, jangan pelit untuk mendoakan kebaikan. Ketiga, saling mengunjungi dan memperkuat tali silaturahmi. Keempat, saling memberi hadiah. Kelima, senang membantu orang yang tengah kesusahan.

Dua Fitnah Istri bagi Suami

Sebaik-baik istri adalah dia yang tidak menjadi fitnah bagi suaminya. Dalam hal apa? Menurut Imam Al-Qurthubi, dalam Al-Jami’ul Ahkam lil Quran, ada dua fitnah dalam diri wanita bagi suaminya. Pertama, memutuskan silaturahim dengan ibu dan saudara-saudaranya. Kedua, mendorong suaminya untuk menumpuk harta, baik dengan cara halal maupun haram.

Seorang istri terbaik adalah dia yang terjaga dari kedua fitnah tersebut. Alih-alih mendatangkan fitnah, dia mampu mengondisikan suaminya untuk menjalin silaturahim dengan orangtua dan menjaga suami dari mengambil harta haram.

Berlaku Adillah!

Dari Nu’man bin Basyir ra. bahwa ayahandanya pernah membawanya kepada Rasulullah saw. lalu berkata, “Sesungguhnya, aku telah memberikan seorang budak kepada anakku ini (yaitu kepada Nu’man).”

Nabi saw. lalu bertanya, “Apakah semua anakmu engkau berikan hal yang serupa?”

“Tidak,” jawabnya.

Maka, Nabi saw. bersabda, “Jika demikian, ambillah kembali pemberianmu!”

Dalam riwayat lain, Nabi saw. bersabda, “Bertakwalah kepada Allah dan berlaku adillah kepada anak-anakmu.”

Kemudian ayahku pulang lantas mengambil kembali pemberian itu. (HR Muttafaqun ‘Alaih)

Bahkan, Saat Menyuapinya Makan Doakanlah Anakmu!

Di antara doa yang pasti ijabah adalah doa orangtua kepada anak-anaknya. Maka, jangan biarkan momen-momen penting berlalu, kecuali terselip selalu doa kita kepada anak-anak kita. Semakin banyak mendoakannya, itu semakin bagus.

Maka, mendoakan anak tidak harus selalu setelah shalat, bahkan saat membuatkan minuman atau menyuapinya makanan, itu termasuk saat yang istimewa untuk mendoakannya.

Ada satu nasihat yang kami kutip dari bukunya Ustadz Muhammad Fauzil Adhim yang berjudul Positif Parenting. Beliau menuliskan:

“Ketika engkau membuatkan minuman bagi anakmu, aduklah dia dengan sungguh-sungguh sambil berdoa agar setiap tetes yang masuk ke kerongkongannya bisa menyuburkan setiap benih kebaikan dan menyingkirkan setiap bisikan keburukan.

Begitu pula ketika engkau menyuapkan makanan untuknya, mohonlah kepada Allah agar setiap suapan yang masuk ke mulutnya dapat membangkitkan semangat dan meninggikan martabat mereka di sisi Allah Ta’ala.”

Keseharian Rasulullah saw, di Rumahnya

Rasulullah saw. adalah sebaik-baik teladan, termasuk dalam berkeluarga. Beliau mampu mengubah pola hidup yang biasa dijalani kaum lelaki masa jahiliyah dalam menghadapi istri dan anak-anaknya.

Kala di rumah, kalau tidak sedang melepas lelah, beliau biasanya melakukan ibadah, shalat, zikir, dan berdoa. Atau, beliau melakukan aneka tugas rumah tangga.

Maka, saat ditanya tentang aktivitas Nabi saw. di rumah, ‘Aisyah ra. menjawab, “Beliau melayani keluarga, menjahit baju, mengesol sandal, memerah susu, mengerjakan keperluannya sendiri, dan menambal timba. Namun, begitu tiba waktu shalat, beliau bersegera shalat.”

Dalam riwayat lain disebutkan, “… beliau lalu shalat, seolah beliau tidak mengenal kami (keluarganya) dan kami pun tidak mengenal beliau.” (HR Al-Bukhari)

Di atas itu semua, Nabi saw. sangat lemah lembut kepada keluarganya dalam segala wujudnya. Merangkum seluruh sifat pada diri beliau, ‘Aisyah ra. berkata:

“Beliau adalah manusia terkuat lagi termulia. Beliau adalah seorang lelaki sebagaimana lelaki pada umumnya. Hanya saja, beliau murah senyum.” (HR Al-Bukhari)

Jaga Lisan dari Bicara Jorok dan Cabul

Jaga Lisan dari Bicara Jorok dan Cabul

Tidak dilarang seorang suami bercanda dengan istrinya termasuk untuk hal yang bersifat intim. Namun, baik suami atau istri hendaknya menghindari ungkapan jorok atau cabul yang tidak pantas diucapkan oleh orang beriman.

Rasulullah saw. bersabda, “Rasa malu adalah bagian dari keimanan dan keimanan tempatnya di surga. Ucapan cabul adalah bagian dari sikap kasar dan sikap kasar tempatnya di neraka.” (HR At-Tirmidzi dan Ahmad, dalam Shahih Al-Jami’, No. 3201)

Tidak dilarang seorang suami bercanda dengan istrinya, termasuk untuk hal-hal yang bersifat intim. Namun demikian, baik suami atau istri hendaknya menghindari ungkapan jorok atau cabul yang tidak pantas diucapkan oleh orang beriman.

Rasulullah saw. bersabda, “Rasa malu adalah bagian dari keimanan dan keimanan tempatnya di surga. Ucapan cabul adalah bagian dari sikap kasar dan sikap kasar tempatnya di neraka.” (HR At-Tirmidzi dan Ahmad, dalam Shahih Al-Jami’, No. 3201)

Jangan Memasukkan Ayam ke Dalam Kamar

Hal besar seringkali berawal dari hal-hal kecil yang dipelihara atau dibiarkan terjadi. Kasus perselingkuhan yang memicu pertengkaran dalam rumahtangga, bahkan sampai berakhir dengan perceraian, biasanya berawal dari pergaulan yang tidak terjaga dengan orang ketiga.

Itulah mengapa, amat penting bagi suami atau istri untuk menjaga pandangan, sikap dan pergaulan dengan lawan jenis. Mengapa? Karena hal ini adalah pintu awal menuju perselingkuhan dan efek ikutan lainnya. Salah satu efek yang ditimbulkan, minimal orang jadi kotor hati.

Maka, ada perumpamaan yang pas terkait hal ini. Kita jangan pernah memasukan ayam ke dalam rumah karena akan susah mengeluarkannya. Kita akan kerepotan sendiri dibuatnya. Andaipun bisa dikeluarkan, rumah akan kotor dan berantakan.

Begitu pula dengan hati. Apabila bibit-bibit perselingkuhan dibiarkan masuk ke hati dan dipelihara, hati akan kotor dan hubungan harmonis dengan pasangan yang sah bisa berantakan.