Hanya Ingin Diaminkan!

Keberuntungan seorang Muslim adalah saat dia mampu mengisi hari-harinya dengan amal kebaikan. Pada saat bersamaan, dia terus memohon ampunan kepada Allah atas dosa-dosa yang pernah dilakukannya.

Adapun di antara puncak kebaikan adalah berbakti kepada kedua orangtua, memberi apa yang mereka sukai, melakukan apa yang mereka ridhai, termasuk meringankan pekerjaannya, mengunjunginya, menyapa dan meminta nasihat serta doa-doa darinya. Atau setidaknya, rutin menanyakan kabar beritanya.

Doa Memohon Ampunan untuk Diri, Orangtua dan Kaum Beriman

Al-Quran berisi banyak doa yang indah bahasanya, ringkas redaksinya, akan tetapi amat dalam makna dan kandungannya. Salah satunya adalah doa berikut:

_Rabbigfir lī wa liwālidayya wa liman dakhala baitiya mu`minaw wa lil-mu`minīna wal-mu`mināt, wa lā tazidiẓ-ẓālimīna illā tabārā._

“Ya Tuhanku, ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan.”

Doa ini diucapkan setelah Nabi Nuh as. mendoakan kebinasaan untuk orang-orang kafir.

Asy-Syaikh Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili, dalam Tafsir Al-Wajiz, menjelaskan makna doa ini:

• Setelah Nabi Nuh berdoa bagi orang-orang kafir (ayat 26-27), dia berdoa untuk diri dan kedua orangtuanya, kemudian bagi orang-orang yang menerima dakwahnya dengan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Kemudian, dia memohonkan ampunan dan rahmat untuk orang beriman baik laki-laki maupun perempuan.

• Nabi Nuh as. mengulangi doanya kepada orang-orang kafir dengan berkata: Janganlah Engkau tambah wahai Rabbku orang-orang yang zalim kecuali Engkau binasakan, Engkau jadikan orang-orang merugi dan lenyapkan di dunia dan akhirat.

Tasq 28 Juli

Bertambah Ketenangan Saat Bertambahnya Masalah

Sahabat TasQ, Selama hidup, Allah akan menghadirkan aneka cobaan bagi manusia, baik cobaan ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa atau bahan makanan. Dengan ujian ini, Allah menyeleksi siapa hamba-Nya yang paling bersabar (QS Al-Baqarah, 2:155)

Namun, ada cobaan ada pula obat penawarnya. Apakah itu? Al-Quranlah jawabannya. “Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS Al-Isrâ’, 17:82)

Saat kita intens bergaul dengan Al-Quran, setidaknya dengan banyak membacanya, niscaya kita akan mendapatkan ketenangan (sakinah), walau boleh jadi masalah hidup semakin berat atau semakin bertambah.Mengapa? Karena Al-Quran adalah syifa’ atau obat penawar: dari bacaannya, dari nadanya, apalagi kandungan atau isinya.

#Ingin berlangganan Tausiyah Harian dari Team Tasdiqul Quran,

#Bagikan tulisan ini jika bermanfaat, Ajak keluarga, saudara dan sahabat terdekat, agar mendapatkan pahala kebaikan yang sama ketika orang tersebut mengamalkannya.📲#Daftar via WhatsApp🔗

📲#Gabung via Telegram🔗https://t.me/TN_TASQ

Semoga informasi ini bermanfaat

Saat Fatimah Meminta Pembantu kepada Ayahandanya

Satu kali Fatimah ra. mengadu kepada sang ayah akan beratnya pekerjaan yang dia lakukan. Fatimah pun meminta agar Rasulullah saw. memberinya seorang pembantu.

Namun, beliau justru memberikan solusi yang lebih berharga daripada memberinya seorang pembantu.

Nabi saw. bersabda, “Maukah kalian berdua aku tunjukkan sesuatu yang lebih baik untuk kalian dari pada seorang pembantu? Jika kalian hendak mendatangi tempat tidur kalian, ucapkanlah 33 kali tahmid, 33 kali tasbih, dan 34 kali takbir.” (HR At-Tirmidzi)

Secara tidak langsung, Rasulullah saw. menyuruh Fatimah r.a. untuk bersabar dan mengganti keluhannya dengan berzikir kepada Allah sebelum tidur.

Seakan-akan Nabi saw. bersabda, “Biarlah Allah yang memberikan kekuatan kepadamu walau tanpa kehadiran seorang pembantu.”

Hal ini bisa pula kita praktikkan. Setiap hendak tidur kita berzikir kepada Allah dengan memuji-Nya sehingga hati kita terapa lapang.

Sesungguhnya, apabila semua kelelahan, kesusahan dan permasalahan hidup dipasrahkan kepada-Nya, niscaya apa yang menimpa akan terasa lebih ringan. Hati menjadi lebih tenang. Hidup pun lebih optimis. Saat itulah Allah akan memberi kemudahan atas segala urusan kita.

Jalan Surga Kaum Bapak

Jangan sepelekan bekerja keras mencari nafkah halal untuk keluarga. Ada kemuliaan di sana. Ada penghapusan dosa di dalamnya. Ada limpahan pahala di sebaliknya.

Serendah apapun pekerjaan yang digeluti dalam pandangan manusia, dia tetap bernilai mulia di hadapan Allah Azza wa Jalla, selama niat dan caranya benar.

Ulama salaf berkata, “Siapa yang rela menjadi pekerja rendahan guna mencari rezeki yang halal (karena mengharap ridha Allah), niscaya dosa-dosanya akan berguguran sebagaimana dedaunan yang berguguran dari pohon.”

Bertambah Tenang saat Bertambah Masalah

Selama hidup, Allah akan menghadirkan aneka cobaan bagi manusia, baik cobaan ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa atau bahan makanan. Dengan ujian ini, Allah menyeleksi siapa hamba-Nya yang paling bersabar (QS Al-Baqarah, 2:155)

Namun, ada cobaan ada pula obat penawarnya. Apakah itu? Al-Quranlah jawabannya.

“Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS Al-Isrâ’, 17:82)

Saat kita intens bergaul dengan Al-Quran, setidaknya dengan banyak membacanya, niscaya kita akan mendapatkan ketenangan (sakinah), walau boleh jadi masalah hidup semakin berat atau semakin bertambah.

Mengapa? Karena Al-Quran adalah syifa’ atau obat penawar: dari bacaannya, dari nadanya, apalagi kandungan atau isinya.

Ibu Tangguh, Ibu yang Dirindu dan Ditunggu!

Setiap ujian, cobaan dan aneka kesusahan yang menimpa, hakikatnya adalah pembelajaran yang Allah siapkan agar kita menjadi lebih baik, lebih kuat, lebih tangguh dan tidak mudah berputus asa.

Maka, beruntungnya seorang ibu yang terlatih dalam menjalani aneka kesusahan hidup. Dengan kesabarannya, dia menjadi sosok ibu yang tangguh. Inilah modal terpenting yang dapat dia tularkan dan ajarkan kepada anak-anaknya. Sehingga, mereka bisa tumbuh menjadi sosok yang tangguh, kuat dan tidak mudah putus asa.

Bukankah seorang anak hebat lahir dari ibu yang hebat pula?