Bertambah Tenang saat Bertambah Masalah

Selama hidup, Allah akan menghadirkan aneka cobaan bagi manusia, baik cobaan ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa atau bahan makanan. Dengan ujian ini, Allah menyeleksi siapa hamba-Nya yang paling bersabar (QS Al-Baqarah, 2:155)

Namun, ada cobaan ada pula obat penawarnya. Apakah itu? Al-Quranlah jawabannya.

“Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS Al-Isrâ’, 17:82)

Saat kita intens bergaul dengan Al-Quran, setidaknya dengan banyak membacanya, niscaya kita akan mendapatkan ketenangan (sakinah), walau boleh jadi masalah hidup semakin berat atau semakin bertambah.

Mengapa? Karena Al-Quran adalah syifa’ atau obat penawar: dari bacaannya, dari nadanya, apalagi kandungan atau isinya.

Bolehkan Nge-Prank Teman untuk Gurauan ?

Seorang Muslim adalah dia yang orang lain selamat dari gangguan tangan, lisan dan perbuatannya. Maka, jangankan mengambil hak milik orang lain secara paksa, menumpahkan darahnya, menyakiti fisik dan psikisnya, atau mencemarkan nama baiknya, bahkan sekadar menakuti-nakuti, membuatnya cemas, kaget atau malu, menjahili atau mengusilinya untuk gurauan (nge-prank) termasuk hal yang terlarang untuk dilakukan.

Hal ini boleh jadi sepele dan lucu dalam pandangan orang sekarang, akan tetapi besar konsekuensinya di hadapan Allah Ta’ala.

Rasulullah saw. bersabda, “Tidak halal bagi seorang Muslim menakut nakuti (atau membuat kaget) seorang Muslim yang lain.” (HR Abu Dawud)

Dalam hadits lain disebutkan, “Tidak boleh salah seorang dari kalian mengacungkan senjata kepada saudaranya, karena dia tidak tahu bisa jadi setan menghempaskannya dari tangannya, hingga dia jatuh ke dalam jurang neraka.” (HR Muttafaqun ‘Alaih)

Intinya, seorang Muslim dilarang melakukan semua sebab atau jalan keburukan atau kebinasaan, baik dilakukan secara sungguhan ataupun gurauan. (Syaikh Al-‘Utsaimin, Syarah Riyadhus Shâlihîn, 6/556)

Ciri Seorang Mukmin di Akhir Zaman

Di antara ciri dekatnya Kiamat adalah semakin menurunnya kualitas akhlak manusia. Keburukan merejalela dan kebaikan semakin terpinggirkan. Maksiat semakin bisa dan amal saleh menjadi aneh.

Namun demikian, bagaimana pun keadaannya, seorang Muslim yang lurus imannya dia tidak akan terpengaruh. Imannya tetap kokoh. Ibadahnya tetap istiqamah. Sikapnya tidak berubah dalam menetapi kebenaran. Layaknya ikan di lautan, dagingnya tetap tawar walau lingkungannya asin.

Rasulullah saw. bersabda, “Hari Kiamat tidak akan datang sehingga orang yang tepercaya didustakan, sedangkan orang-orang khianat justru dipercaya. Kemesuman dan cercaan (kata-kata kotor) telah menjadi kebiasaan di tengah masyarakat, terputusnya tali silaturahim dan hubungan bertetangga yang buruk.

Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada dalam genggaman-Nya, sesungguhnya seorang mukmin bagaikan sepotong emas. Ditempa menjadi apapun emas itu nilainya tidak pernah berkurang.

Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada dalam genggaman-Nya, sesungguhnya seorang seorang mukmin itu bagaikan lebah. Makanannya baik dan menghasilkan yang baik. Lebah itu hinggap di (ranting) bunga, akan tetapi tidak sampai merusak bunganya dan juga tidak mematahkan rantingnya.” (HR Ahmad, Al-Musnad, 2:266)

Kemudahan Al-Qur’an

Tidaklah Al-Quran diturunkan, kecuali dia telah dimudahkan untuk dibaca, dihapalkan dan dipelajari. Inilah jaminan dari Allah Ta’ala yang tertuang dalam surah Al-Qamar ayat 17:

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk (menjadi) pelajaran, maka adakah orang yang (mau) mengambil pelajaran?” (QS Al-Qamar, 54:17)

Allah Ta’ala mengulang-ulang ayat ini empat kali dalam surat yang sama. Taisîr (pemberian kemudahan) yang ditegaskan oleh Allah Ta’ala mencakup kemudahan dalam membaca, menghapalkan, memahami dan mengamalkannya. (Syaikh Abdurrahman As-Sa’di, Tafsir As-Sa’di)

Ada sejumlah fakta menarik tentang bagaimana Allah memudahkan Al-Quran, baik dari segi membacanya, menghapalnya dan memahami maknanya.

Salah satunya disebutkan Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad dalam bukunya yang berjudul Oase Al-Quran. Beliau mengatakan bahwa jumlah huruf Hijaiyah Arab itu ada 28. Huruf yang keluar dari tenggorokan berjumlah 6 huruf (39 persen). Selebihnya (kebanyakan) adalah huruf yang keluar dari lisan (lidah), yaitu sejumlah 22 huruf (61 persen).

Pada praktiknya, huruf-huruf yang keluar dari lisan relatif lebih mudah untuk diucapkan. Hal ini menunjukkan kebenaran firman Allah Ta’ala bahwa Al-Quran (terkhusus dari segi membacanya) adalah mudah.

Bacaan Al-Quran : Penawar Kesedihan, Penolak Bala Bencana

Jangan sepelekan bacaan Al-Quran. Dia bukan sekadar pendulang pahala dan penenang jiwa, tetapi juga bisa menolak bala bencana dan aneka kesedihan.

Dikisahkan, ada seseorang mendatangi Rasulullah saw. dengan membawa anaknya. Dia lalu berkata, “Wahai Rasulullah, anakku ini suka membaca Al-Quran pada siang hari dan tidur pada malam hari.” (Orang ini mengadukan anaknya karena hanya membaca Al-Quran di siang hari saja, tidak dengan malamnya).

Apa yang dikatakan Rasulullah saw. kepada orang ini? Beliau bersabda, “Jangan bersedih. Anakmu sudah berzikir pada siang hari dan (akan mendapatkan) keselamatan pada malam hari (karena sebab bacaan Al-Qurannya).” (HR Ahmad dari Abdullah bin ‘Amr ra.)

Sahabat Hudzaifah Al-Yamani ra. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Allah mengirimkan azab pada suatu kaum sebagai sebuah ketentuan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi (karena keburukan kaum tersebut).

Kemudian, salah seorang anak kecil (dari kalangan) mereka membacakan surat Alhamdulillâhi Rabbil ‘Âlamîn. Allah Ta’ala mendengarnya. Maka, Allah pun menangguhkan azab tersebut karena bacaan itu selama 40 tahun.” (At-Tafsîr Al-Kabîr, Fakhruddin Ar-Razi)

Obat Awet Terampuh

Ingin awet muda? Ini dia rahasianya. Prof. Dr. Muhammad Ratib An-Nablusi, dalam buku Mengenal Allah, menukilkan sebuah kisah penuh hikmah.

Ada seorang ulama di Damaskus yang telah mengajar tiga generasi. Ketika bertemu seseorang di jalan, dia berkata, “Anakku, engkau adalah muridku, ayahmu adalah muridku, dan kakekmu juga muridku.”

Bagaimana bisa? Ulama ini mulai mengajar sejak berusia 18 tahun dan beliau meninggal pada usia 98 tahun. Pada masa tuanya, tubuhnya tetap tegak, matanya tajam dan telinganya sangat peka. Allah Ta’ala pun memuliakannya dengan mengaruniakan istri yang panjang pula usianya.

Satu ketika beliau ditanya, “Tuan, apa rahasianya sehingga Anda tetap sehat dalam usia selanjut ini?”

Beliau menjawab, “Kami menjaganya sewaktu masih muda, kemudian Allah menjaganya ketika kami sudah tua.”

Maka, siapapun yang hidupnya digunakan dalam ketakwaan, niscaya dia akan hidup dalam kekuatan dan keberkahan.

Ayat Al-Quran yang Disunnatkan untuk Dibaca Saat Bangun Tidur

Saat bangun dari tidur di malam hari, apakah yang Anda baca? Status medsos, hasil pertandingan sepakbola, atau apa? Bagi seorang Muslim, ada tuntunan yang sangat indah dari Rasulullah saw. Selain membaca doa, ada untaian ayat Al-Quran yang selayaknya kita baca saat bangun tidur, yaitu sepuluh ayat terakhir dari surat Ali Imran.

Hal ini didasarkan pada riwayat sahabat Ibnu Abbas ra. Dia pernah bermalam di rumah Maimunah ra. istri Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang juga bibi dari jalur ibunya.

Ibnu Abbas ra. berkata, “Maka Rasulullah tidur sampai setengah malam, atau menjelang tengah malam atau lewat sedikit, beliau bangun, lalu beliau duduk dengan mengusap wajahnya, kemudian beliau membaca 10 ayat terakhir dari surat Ali ‘Imrân, kemudian beliau berwudhu dan menyempurnakannya, lalu beliau shalat malam.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Dalam Syarh Shahih Muslim, Imam An-Nawawi berkata, “Riwayat ini menunjukkan akan sunnahnya membaca ayat-ayat tersebut (yaitu sepuluh ayat terakhir surah Ali ‘Imran) setelah bangun tidur.”