Zikrullah Kunci Pembuka Kebaikan Dunia dan Akhirat

Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi saw. dan berkata, “Wahai Rasulullah, tuntutan Islam dan syariatnya telah banyak diturunkan dan aku merasa berat (untuk melaksanakannya). Maka, beritahukanlah kepadaku suatu perkara yang ringkas dan dapat mencukupkan amal ibadahku?”

Nabi saw. bersabda, “Hendaklah engkau selalu berzikir kepada Allah.”

Orang ini kemudian bertanya, “Apakah itu cukup bagiku ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ya, itu cukup dan lebih baik bagimu.” (HR At-Tirmidzi dan Ahmad)

Mengapa Nabi saw. menjadikan zikrullah sebagai “jembatan” bagi pelaksanaan syariat Islam yang lebih luas?

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah (dalam Fawaidul Adzkar) mengatakan, “Sesungguhnya, zikir akan dapat menumbuhkan kecintaan pada Allah Ta’ala dan mencintai apa yang diperintahkan-Nya, yaitu mendekatkan diri dengan menjalankan ajaran Islam. Maka, dengan membiasakan berzikir, seseorang akan lebih mudah hidup dalam ketaatan kepada Rabbnya.”

Mengenal Surat Al-Kahfi

Surah Al-Kahfi termasuk surah Makkiyyah atau surah yang turun di Mekkah. Al-Kahfi berjumlah 110 ayat dan 12 ruku’. Surah ini berada pada urutan ke-69 dilihat dari waktu turunnya, yaitu sesudah Al-Ghasyiyah dan sesudah An-Nahl. Adapun penempatannya pada Mushaf Utsmani berada di urutan ke-18 setelah surah Al-Isrâ’ (17) dan sebelum surah Maryam (19).

Penyebutan Al-Kahfi, yang berarti gua, didasarkan pada kisah para pemuda yang melarikan diri dari penguasa zalim. Demi mempertahankan keimanannya kepada Allah, mereka rela meninggalkan segala kenikmatan duniawi dan memilih untuk bersembunyi di dalam gua. Maka, Allah Ta’ala menidurkannya dalam jangka waktu yang lama. Mereka pun dinamakan Ashabul Kahfi, para penghuni gua. Kisah mereka diabadikan pada ayat 9 sampai 26.

Selain kisah Ashabul Kahfi, di dalam surah ini terdapat beberapa kisah lain yang disajikan dalam bentuk narasi dan ada pula yang disajikan dalam bentuk perumpamaan. Kisah-kisah ini antara lain tentang: (1) orang kaya yang kafir dan orang miskin yang beriman; (2) kebersamaan antara Nabi Musa as. dan Khidr as.; dan (4) perjalanan Zulkarnain, seorang tokoh agung yang kisahnya terkait pula dengan Ya’juz dan Ma’juz.

Semua kisah ini mengandung i’tibar dan aneka pelajaran yang amat berguna bagi kehidupan seorang Mukmin dalam mengarungi hidup yang penuh fitnah, khususnya di Akhir Zaman.

Agar Ditetapkan dalam Keimanan dan Ketaatan

Ada banyak doa yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Dan, dari antara sekian banyak doa tersebut, ada satu doa yang sangat sering diucapkan oleh beliau. Beliau kerap mengulang-ulang doa:

“Yâ muqallibal qulûb, tsabbit qalbî ‘alâ dînika. Wahai Zat Yang Maha Membolak-balikan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.”

Atau, dalam riwayat lain ditulis dengan redaksi:

“Yâ muqallibal qulûb, tsabbit qalbî ‘alâ dînika wa thâ’atik. Wahai Zat Yang Maha Membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu dan ketaatan kepada-Mu.”

Terkait doa ini, sahabat Anas bin Malik ra. bertanya, “Wahai Rasulullah, kami telah beriman kepadamu dan kepada wahyu yang engkau bawa, apakah engkau masih mengkhawatirkan kami?”

Beliau menjawab, “Ya, sesungguhnya hati-hati (para makhluk) ada di antara dua jari dari jari jemari Allah Azza wa Jalla, Dia membolak-balikannya sesuai kehendak-Nya.” (HR Ahmad, No. 11664)

Seperti Inilah Cara Rasulullah saw Berdoa

Rasulullah saw adalah sosok yang paling taat kepada Allah, paling banyak berzikir dan berdoa kepada-Nya. Tiada waktu berlalu, kecuali ada zikrullah di dalamnya. Hal ini menunjukkan betapa maksimalnya penghambaan beliau kepada Allah Azza wa Jalla.

Nabi saw. berdoa dimulai dari dirinya sendiri, mengangkat tangan, lalu mengusap wajah dengan kedua tangannya (HR At-Tirmidzi dan Abu Dawud). Terkadang beliau berseru, “Yâ Hayyu ya Qayyûm” (HR At-Tirmidzi).

Diriwayatkan bahwa doa yang paling sering dibaca oleh Nabi saw. adalah, “Rabbanâ âtinâ fid-dunyâ hasanataw-wa fil-âkhirati hasanataw-wa qinâ ‘adzâban-nâr” (QS Al-Baqarah, 2:201). (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Beliau pun mengajarkan para sahabat bagaimana seharusnya berdoa. Beliau bersabda, “Apabila kalian berdoa, mulailah dengan memuji dan menyanjung Allah, lalu membaca shalawat kepadaku, setelah itu bordoalah sesukamu.” (Al-Kanz, No. 18022)

Amalan Penjaga dan Penguat Keimanan

Di tengah situasi tersebar-luasnya syahwat, merajalelanya maksiat, meratanya kebatilan dan sedikitnya penguat keimanan, sangat layak bagi seorang hamba untuk mengingat-ingat kembali “manisnya iman”, sebab mendapatkannya dan cara merealisasikannya sehingga dia bisa menghadirkan surga dunia sebelum datangnya surga akhirat.

Untuk itu, ada sejumlah sebab dan cara untuk mendapatkannya, sebagaimana diungkapkan oleh Dr. Shalih Abdul Karim. Apa sajakah itu?

Pertama, menjaga shalat. Sesungguhnya, shalat adalah tempat istirahatnya seorang mukmin. Nabi saw. bersabda, “Dijadikan indahnya pandangan mataku dalam shalat.” (HR Ahmad dan An-Nasa’i). Maka, “Istirahatkan kami dengan shalat wahai Bilal.” (HR Ahmad dan Abu Dawud)

Kedua, memperpanjang sujud. Sesungguhnya, sujud adalah posisi terdekat antara seorang hamba dengan Allah Ar-Rahman. “Sujudlah dan mendekatlah” (QS ‘Alaq, 96:19). Nabi saw. bersabda, “Posisi terdekat seorang hamba dengan Rabbnya adalah ketika dia bersujud.” (HR Muslim)

Ketiga, shalat malam, beristighfar pada waktu sahur, dan menangis karena Allah. Rasulullah saw. bersabda, “Hendaklah kalian menjaga shalat malam, karena shalat malam itu merupakan kebiasaan orang saleh sebelum kalian dan hal yang akan mendekatkan diri kalian kepada Rabb kalian …” (HR At-Tirmidzi)

Keempat, berzikir mengingat Allah dan tilawah Al-Quran. Sesungguhnya, Al-Quran itu, “… sebagai obat apa yang ada di alam hati” (QS Yunus, 10:57). Dan, “Ketahuilah, dengan berzikir mengingat Allah, hati menjadi tenang” (QS Ra’du, 13:28)

Tambah Zikir = Tambah Iman

Zikir adalah faktor yang sangat menentukan bertambah atau berkurangnya keimanan diri. Saat seorang hamba menambah dosis zikirnya, akan bertambahlah keimanannya. Namun, saat dia mengurangi dosisnya, apalagi sampai meninggalkannya, akan berkurang pula kadar keimanannya.

Maka, Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata, “Siapa menambah zikirnya kepada Allah dan bacaannya terhadap kitabullah (Al-Quran), niscaya akan bertambahlah imannya. Namun, siapa meninggalkan zikir dengan lisannya, berkuranglah imannya.” (Ibnu Hajar Al-Atsqalani, Fathul Bâri bi Syarhi Shahih Al-Bukhari)

Tasq 28 Juli

Bertambah Ketenangan Saat Bertambahnya Masalah

Sahabat TasQ, Selama hidup, Allah akan menghadirkan aneka cobaan bagi manusia, baik cobaan ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa atau bahan makanan. Dengan ujian ini, Allah menyeleksi siapa hamba-Nya yang paling bersabar (QS Al-Baqarah, 2:155)

Namun, ada cobaan ada pula obat penawarnya. Apakah itu? Al-Quranlah jawabannya. “Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS Al-Isrâ’, 17:82)

Saat kita intens bergaul dengan Al-Quran, setidaknya dengan banyak membacanya, niscaya kita akan mendapatkan ketenangan (sakinah), walau boleh jadi masalah hidup semakin berat atau semakin bertambah.Mengapa? Karena Al-Quran adalah syifa’ atau obat penawar: dari bacaannya, dari nadanya, apalagi kandungan atau isinya.

#Ingin berlangganan Tausiyah Harian dari Team Tasdiqul Quran,

#Bagikan tulisan ini jika bermanfaat, Ajak keluarga, saudara dan sahabat terdekat, agar mendapatkan pahala kebaikan yang sama ketika orang tersebut mengamalkannya.📲#Daftar via WhatsApp🔗

📲#Gabung via Telegram🔗https://t.me/TN_TASQ

Semoga informasi ini bermanfaat