Tasq 12 Agustus

Amalan Calon penghuni Surga

Sahabat TasQ, Ingin melihat calon penghuni surga yang hadir di dunia? Mudah saja, lihat saja waktu malamnya, apakah dia istiqamah dalam Tahajudnya ataukah tidak. Sesungguhnya, salah satu kebiasaan para ahli surga adalah gemar menghidupkan malam-malamnya dengan shalat dan munajat.

Manakala orang-orang terlelap dalam tidurnya, dia bangun dan bersujud, merendah dan menumpahkan harapan di hadapan Rabbnya.

Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam taman-taman (surga) dan mata air-mata air, sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Dahulu di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan selalu memohon ampunan pada waktu sahur (menjelang fajar).” (QS Adz-Dzâriyât, 51:15-18)

#Ingin berlangganan Tausiyah Harian dari Team Tasdiqul Quran,

#INFORMASI TAUSIYAH HARIAN

📲HUBUNGI CHAT WA : 0812.2367.9144

Semoga informasi ini bermanfaat ya.

Inilah yang Harus Kita Perbanyak dalam Hidup

Membaca Al-Quran secara istiqamah bukan saja mendatangkan limpahan pahala, tetapi juga membawa efek positif bagi kesehatan jiwa dan fisik.
Bagaimana bisa?

Dalam sebuah tulisannya, Dr. Luqman Santoso menyebutkan bahwa dalam susunan Al-Quran terkandung sistem jaringan konsisten yang mencerminkan struktur tubuh manusia. Oleh karena itu, agar bacaan Al-Quran kita benar-benar berfungsi optimal (memberikan efek positif lahir batin), cara membacanya sebaiknya dilakukan juz per juz bukan surat per surat.

Maka, apabila Al-Quran digambarkan sebagai satu kesatuan atau satu sistem bacaan, juz per juz adalah sub-sistem bacaannya.

Bukankah dalam setiap juz terdapat unsur surat, ayat, dan aneka simbol penanda yang relatif konsisten?

Dengan demikian, saat seseorang membaca Al-Quran juz per juz secara rutin (konsisten), apa yang dilakukannya itu akan mampu menyembuhkan atau setidaknya meminimalisasi keparahan dari penyakit yang dideritanya.

(Luqman Abdul Qohar Sumabrata, dkk. Fenomenologi Al-Quran, 1991: hlm. 164)

Efek Membaca Al-Quran Juz per Juz

Membaca Al-Quran secara istiqamah bukan saja mendatangkan limpahan pahala, tetapi juga membawa efek positif bagi kesehatan jiwa dan fisik.
Bagaimana bisa?

Dalam sebuah tulisannya, Dr. Luqman Santoso menyebutkan bahwa dalam susunan Al-Quran terkandung sistem jaringan konsisten yang mencerminkan struktur tubuh manusia. Oleh karena itu, agar bacaan Al-Quran kita benar-benar berfungsi optimal (memberikan efek positif lahir batin), cara membacanya sebaiknya dilakukan juz per juz bukan surat per surat.

Maka, apabila Al-Quran digambarkan sebagai satu kesatuan atau satu sistem bacaan, juz per juz adalah sub-sistem bacaannya.

Bukankah dalam setiap juz terdapat unsur surat, ayat, dan aneka simbol penanda yang relatif konsisten?

Dengan demikian, saat seseorang membaca Al-Quran juz per juz secara rutin (konsisten), apa yang dilakukannya itu akan mampu menyembuhkan atau setidaknya meminimalisasi keparahan dari penyakit yang dideritanya.

(Luqman Abdul Qohar Sumabrata, dkk. Fenomenologi Al-Quran, 1991: hlm. 164)

Bahayanya Menyakiti Orang Beriman

Berhati-hatilah dari menyakiti orang-orang beriman. Sebab, di sana ada keburukan yang amat sulit dicarikan obatnya.

“Dan mereka yang menyakiti orang Mukmin laki-laki dan perempuan, tanpa ada kesalahan yang mereka perbuat, maka sungguh, mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS Ah-Ahzab, 33:58)

Terkait hal ini, Ibnu Atha’ilah As-Sakandari dalam kitab Tâjul ‘Arûs menuliskan:

“Siapa memuliakan orang Mukmin, maka seolah dia memuliakan Allah. Namun, siapa menyakiti orang Mukmin (baik dengan lisan atau perbuatan), maka seakan-akan dia menyakiti Rabbnya.

Maka, janganlah dirimu sampai menyakiti orang Mukmin. Jika sampai melakukannya, dirimu sudah dipenuhi keburukan yang sangat berat untuk kau pikul.”

Binatang pun Harus Sayang

Berhati-hatilah dari berlaku zalim, bahkan kepada hewan sekalipun. Sesungguhnya, hal tersebut bisa mendatangkan kesulitan pada Hari Kiamat.

Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang membunuh seekor burung kecil secara sia-sia, burung itu akan berteriak kepada Allah pada hari Kiamat. ‘Wahai Rabbku, tanyalah kepada orang ini, mengapa dia membunuhku secara sia-sia dan tidak membunuhku untuk menfaat tertentu’.” (HR An-Nasa’i dan Ibnu Hibban)

Maka, sahabat Ibnu Mas’ud ra. mengisahkan salah satu pengalamannya. “Kami pernah bersama Rasulullah saw. dalam suatu perjalanan. Kemudian, beliau pergi untuk suatu keperluan.

Kami (kemudian) melihat seekor burung dan kedua anaknya. Lalu, kami mengambil kedua anak burung tersebut. Beberapa saat kemudian, induknya datang sambil mengepak-ngepakkan sayap.

Memakna Kalimat Tasbih, Tahmid, dan Takbir

Zikir yang kita lakukan akan terasa nikmat, menenangkan, menenteramkan dan membawa pengaruh dahsyat dalam kehidupan, manakala dilafazkan dengan sepenuh pemahaman, rasa takzim dan khusyuk.

Kalimat-kalimat zikir akan menjadi obat bagi hati yang sakit, sekaligus air dingin yang menyegarkan bagi dahaga jiwa yang akut.

Maka, tidak sekadar mengucapkan dan membacanya berulang-ulang, memahami dan meresapi apa yang kita baca merupakan sebuah keharusan. Hanya dengan cara inilah, zikrullah akan membawa perubahan dalam hidup.

Maka, Ibnu Atha’ilah As-Sakandari menasihatkan:

Ketika engkau mengucapkan “subhânallâh”, hendaklah tertanam pensucian terhadap Allah dalam hatimu. Karena itulah, kalimat tasbih disyariatkan untuk dibaca kala ruku, sujud, dan selepas shalat.

Ketika engkau melafalkan “alhamdulillâh”, yaitu pengakuan bahwa segenap nikmat datang dari Allah dan semua adalah milik-Nya, hendaklah tertanam rasa syukur di dalam hatimu.

Ketika engkau menyuarakan “Allâhu Akbar”, hendaklah terpancang pula makna pengangungan di dalam hatimu.

Maka, setiap zikir menanamkan makna dan kebenaran akan ma’rifat (pengenalan) Ilahiyah dalam hati sesuai dengan kebutuhanmu.

Buruknya Kehilangan Shalat Subuh Berjaah

Suatu hari, Umar bin Khathab ra. merasa kehilangan (tidak menjumpai) Sulaiman bin Abi Hatsmah saat shalat Subuh. Lalu, Umar pergi ke pasar pagi-pagi, sementara tempat tinggal Sulaiman terletak antara masjid dan pasar. Saat itulah, Umar berjumpa dengan ibunda Sulaiman yang bernama Asy-Syifa’.
Umar pun bertanya kepadanya, “Aku tidak melihat Sulaiman saat shalat Subuh.”
Ibunya Sulaiman menjawab, “Dia menghabiskan malam dengan mengerjakan shalat, lalu dia pun dikalahkan oleh kedua matanya (ketiduran saat datangnya waktu shalat Subuh).”

Maka, Umar bin Khathab berkata, “Sungguh, menghadiri shalat Subuh berjamaah lebih aku sukai dibandingkan aku mengerjakan shalat semalam suntuk.”
Al-Muwaththa’ Imam Malik, No. 432 dan Syu’abul Iman, Imam Al-Baihaqi, No. 2617.