Tasq 23 Agustus

Cita-Cita diAkhir Usia

Sahabat TasQ, Kalaulah ada targetan terbesar dalam hidup, bisa mengucapkan ‘lâ ilâha illallâh’ (tiada tuhan selain Allah) di akhir kehidupan adalah target yang wajib kita usahakan. Siapa mampu melakukannya, dia telah mendapati sebesar-besarnya kesuksesan di dunia.

Ada janji yang pasti dari Rasulullah saw. “Siapa yang akhir perkataannya (sebelum meninggal dunia adalah kalimat) ‘lâ ilâha illallâh’ niscaya dia akan masuk surga.” (HR Abu Dawud, No. 2709)

Target perlu diwujudkan melalui doa, ilmu, kerja keras dan kesungguhan. Maka, siapa menginginkan lisannya mengucapkan kalimat thayyibah di akhir hidupnya, dia layak menjadikan kalimat tersebut sebagai zikir hariannya, prinsip kehidupannya dan ruh dari setiap gerak dan amal perbuatannya.

Hanya dengan cara inilah, Allah Azza wa Jalla akan meridhai kita untuk mengucapkannya di kala sakaratul maut datang menjemput.

#Ingin berlangganan Tausiyah Harian dari Team Tasdiqul Quran,

#INFORMASI TAUSIYAH HARIAN

📲HUBUNGI CHAT WA : 0812.2367.9144

Semoga informasi ini bermanfaat ya.

Apakah Anda termasuk Orang Berilmu ?

Segala sesuatu ada cirinya. Segala sesuatu ada tandanya. Demikian halnya dengan orang berilmu (ulil albab), dia memiliki ciri khas yang membedakannya dengan orang jahil.

Apakah itu? Al-Harits Al-Muhasibi, dalam Risâlah Al-Mustarsyidîn, menyebutkan sejumlah ciri orang-orang berilmu:

“Jika melihat, dia mengambil pelajaran. Jika diam, dia berpikir. Jika berbicara, dia berzikir. Jika tidak diberi, dia bersabar. Jika diberi, dia bersyukur. Jika tertimpa musibah, dia mengucapkan istirja’ (inna lillâhi).

Jika dikatai bodoh (dihina), dia tidak marah. Jika mengetahui, dia rendah hati. Jika mengajar, dia bersikap lembut. Dan, jika diminta, dia memberi.”

Lakukan Saja ! Jangan Berharap Terima Kasih

Manusiawi memang, saat kita memberi atau membantu seseorang atau lembaga, kemudian kita merasa kecewa karena tidak ada yang menghargai, mengapresiasi, atau setidaknya mengucapkan terima kasih.

Namun, bagi orang beriman, inilah awal datangnya keberkahan. Mengapa? Kita bisa lebih fokus kepada Allah. Kita bisa belajar untuk menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan dan sebaik-baik pemberi balasan.

Sesungguhnya, saat kita mengharapkan apresiasi dan pujian manusia, saat itulah kita tidak lagi merasa cukup (atau tidak yakin) dengan apresiasi dan balasan berlipat dari Allah. Sehingga, kita membutuhkan pujian manusia.

Cukuplah ayat Al-Quran sebagai pegangan:

“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (QS Al-Insân, 76:9)

Ikat dan Perbanyaklah Nikmat dengan Syukur

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’.”

Sahabat TasQ, Inilah janji Allah sebagaimana termakstub dalam surat Ibrahim, 14:7.

Maka, siapapun yang ingin dilanggengkan dalam nikmat, ditetapkan dalam kebaikan, dan ditambahkan limpahan rezeki, wajib baginya untuk memperbanyak untuk syukur kepada Allah, baik lewat lisan maupun perbuatan.

Itulah mengapa, syukur kerap dimaknai sebagai “upaya untuk mengikat (nikmat) yang sudah ada dan memburu (nikmat) yang belum ada atau yang telah hilang”.

Dengan syukurlah, nikmat yang sudah ada bisa langgeng, bahkan bertambah dan terus bertambah.

Dua Kalimat yang Amat Dicintai Ar-Rahman

Allah Ta’ala berwasiat kepada Rasulullah saw. beserta umatnya, “… dan bertasbihlah dengan memuji Rabbmu sebelum matahari terbit dan sebelum terbenam. Dan, bertasbihlah kepada-Nya pada malam hari dan setiap selesai shalat.” (QS Qaf, 50:39-40)

DI antara bentuk tasbih yang sangat utama lagi amat dahsyat pahalanya adalah kalimat subhânallâhi wa bihamdihi subhânallâhil ‘adzîm (Mahasuci Allah dan segala pujian untuk-Nya. Mahasuci Allah Zat Yang Mahaagung).

Rasulullah saw. bersabda, “Ada dua kalimat yang ringan diucapkan lisan, berat ditimbangan, dan dicintai oleh Ar-Rahmaan (yaitu): subhaanallaahi wa bihamdihi subhaanallaahil ‘adzim.” (HR Muttafaqun ‘Alaih)

Adab-Adab Bersilaturahim

 Syaikh Abu Thalib Al-Makki, dalam karyanya yang berjudul ‘Ilm Al-Qulûb (Terjemahan: Rahasia Ikhlas) mengungkapkan dialog antara seorang guru dengan salah satu muridnya.

Kala itu, sang guru melihat muridnya tersebut hendak pergi ke rumah temannya. Dia pun berkata, “Hendak ke manakah kamu?”

Murid ini menjawab, “Aku ingin mengunjungi si Fulan.”

Guru pun bertanya lagi, “Apakah kamu tahu penyakit (yang dapat merusak nilai kebaikan dari) berkunjung (bersilaturahim)?”

Murid ini menjawab, “Tidak. Aku tidak mengetahuinya!”

“Ketahuilah Nak,” ujarnya, “Orang yang mengunjungi saudaranya untuk mendapatkan lima perkara, niscaya kunjungannya tidak diridhai (tidak mendapatkan apa-apa) dari Allah Ta’ala.

Kelimanya adalah: (1) Berkunjung dengan niat mencari makan (meminta-minta). (2) Berkunjung dengan niat agar dilihat orang demi popularitas dan kebanggaan diri.

(3) Berkunjung dengan niat untuk memperkenalkan (identitas) diri dan kedudukan agar dihargai dan dimuliakan (oleh yang dikunjungi). (4) Berkunjung dengan niat mendapatkan pujian orang lain (bukan karena Allah tapi karena dorongan riya). Dan, (5) berkunjung dengan niat untuk mendapatkan sesuatu (karena ketamakan).”

Inilah Jumlah Huruf dalam Al-Quran

Jangan sepelekan Al-Quran walau hanya satu huruf sekalipun. Sesungguhnya, dari satu saja huruf Al-Quran terkandung banyak kebaikan dan keajaiban.

Salah satunya adalah hadirnya pahala saat membacanya. Satu huruf dari Al-Quran yang kita baca bernilai (minimal) sepuluh kebaikan (HR At-Tirmidzi). Maka, berapa banyak kebaikan yang akan didapatkan jika yang dibaca satu mushaf?

Pertanyaannya, berapakah jumlah huruf dalam Al-Quran?

Menurut Imam Muhammad Idris Asy-Syafi’i (dalam Majmu Al-Ulum wa Mathli’u An-Nujum), jumlah total huruf dalam Al-Quran adalah 1.027.000 huruf.

Dari jumlah tersebut, ا Alif adalah yang terbanyak (48.740 huruf), kemudian ل Lam (33.922 huruf), م Mim (28.922 huruf), ح Ha’ (26.925 huruf) dan ي Ya’ (25.717 huruf).

Adapun yang paling sedikit adalah adalah ظ Dza’ (842 huruf), kemudian ط Tha’ (1204 huruf), غ Ghain (1229 huruf), ت Ta’ (1404 huruf) dan خ Kha’ (1503 huruf).