Saat Allah Malu Menghisab Hamba-Nya

Dalam sehari semalam, luangkanlah sebagian dari waktu kita untuk bertafakur dan menghisab diri, mengoreksi amal-amal yang telah dilakukan, memohon ampun atas segala kesalahan, dan memohon kepada Allah agar diteguhkan dalam kebenaran.

Hal ini penting untuk dilakukan agar kita senantiasa terjaga dalam kebenaran.

Ada satu nasihat luar biasa dari Sari As-Saqathi, “Barangsiapa menghisab dirinya, Allah pun malu untuk menghisabnya.” (Shifatush-Shafwah, 2:380)

Saat Iman Keluar dari Diri Seorang Muslim

Iman kadang naik kadang turun. Namun, pada waktu tertentu, dia pun kadang tercerabut dari diri seorang Muslim. Apabila seseorang mati saat itu, boleh jadi kematiannya dalam keadaan tidak beriman.

Kapankah itu? Satu di antaranya adalah saat seseorang berzina.

Rasulullah saw. bersabda, “Apabila seorang hamba berzina, maka iman keluar darinya. Iman itu bagaikan bayang-bayang di atas kepalanya. Kemudian, apabila dia telah selesai (berzina), maka iman itu kembali kepadanya.” (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Al-Baihaqi)

Al-Quran Sebagai Penyembuh

Al-Quran adalah sebaik-baik obat penawar. Itu pasti. Namun, efek penyembuhannya tergantung pada sekuat apa keyakinan kita kepadanya.

Ketika seseorang meyakini bahwa Al-Quran adalah sebaik-baik penyembuh, kemudian dia istiqamah membacanya sesuai kaidah yang ditetapkan agama, niscaya dia akan merasakan bahwa setiap huruf, kata, dan kalimat dalam Al-Quran mengandung unsur penyembuh yang dahsyat, baik bagi penyakit lahir maupun batin.

Maka, bacaan Al-Quran tidak sekadar menghilangkan sakit hati tetapi juga meredam nyeri fisik. Bacaan Al-Quran tidak sekadar menyehatkan organ batiniah, tapi juga bisa menyehatkan organ lahiriyah, semisal jantung, otak, paru-paru, dan lainnya.

Maka, bacaan Al-Quran bisa menjadi penawar bagi gangguan insomnia, stres, depresi, sekaligus menjadi peredam rasa nyeri.

Dr. Jamal Elzaky, Terapi Baca Al-Quran.

Seperti Apakah Wajah Kita Kelak ?

ajah adalah gambaran suara hati; cerminan suara jiwa. Dari mimik wajah, kita bisa mengenali mana orang yang tengah bahagia dan mana orang yang tengah dirundung nestapa.

Dengan melihat wajah, kita bisa mengidentifikasi apakah seseorang tengah bersedih, gembira, takut, marah, dan beragam bentuk emosi.

Dari wajah ini pula kita bisa mengenali kebahagiaan para penghuni surga dan kesedihan para penghuni neraka.

Al-Quran menggambarkan bahwa wajah penghuni surga itu putih bersih, berseri-seri lagi bercahaya. Adapun penghuni neraka berwajah hitam legam penuh kesedihan dan ketakutan (QS Ali ‘Imrân, 3:106-107; ‘Abasa, 80:38-42; Yunus, 10:26-27).

“Wajah-wajah (orang beriman) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat. Dan wajah-wajah (orang kafir) pada hari itu muram, mereka yakin bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang amat dahsyat.” (QS Al-Qiyâmah, 75:22-26)

Perbedaan Hati Ahli Tobat dan Ahli Maksiat

Maimun bin Mihran berkata, “Sesungguhnya, apabila seorang hamba melakukan suatu dosa, niscaya di dalam hatinya tergores satu titik hitam.

Apabila dia bertobat, titik itu akan terhapus sehingga engkau melihat hati seorang Mukmin jernih laksana cermin. Setiap kali setan datang mengganggu, Mukmin tersebut bisa melihat (mengenalinya).

Adapun orang yang selalu melakukan dosa, setiap kali bermaksiat, hatinya tergores titik hitam. Titik ini akan melekat di dalam hatinya (dan bertambah banyak) sehingga terus menghitam. Sehingga, dia tidak bisa lagi melihat dari mana setan datang menggodanya.”

Maka, seorang Mukmin akan senantiasa mengintrospeksi dan menghitung dirinya. Untuk dosa-dosanya dia akan memohon ampunan. Dan, untuk amal kebaikannya dia akan memohon agar Allah menerimanya.

Maimun bin Mihran kembali berujar, “Seseorang tidak termasuk orang bertakwa sehingga dia lebih ketat dalam mengintrospeksi dirinya sendiri daripada mengintrospeksi temannya. Sehingga, dia tahu dari mana makanannya, dari mana pakaiannya, dari mana minumannya, dan apakah semua itu halal ataukah haram?”

Shifatush Shafwah, Al-Hafizh Ibnul Jauzi.

Satu Tarikan Nafas = Satu Langkah Menuju Kubur

Hidup hanya sekali. Amat merugi kalau hidup yang hanya sekali ini berakhir dengan kegagalan. Maka, seorang Mukmin akan sangat perhatian terhadap menit demi menit waktu yang dimilikinya.

Dia tidak ingin setiap jengkal kehidupannya kecuali diisi dengan kebaikan. Dia tidak ingin setiap tarikan nafasnya menjadi sia-sia tanpa ada nilai amal di dalamnya. Dan tentu saja, dia tidak ingin mati kecuali dalam ketaatan kepada-Nya.

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS Al-Ashr, 103:1-3)

Tasq 25 Agustus

Mendoakan Orang lain dalam shalat

Sahabat TasQ, Benarkah kita cinta kepada orangtua, guru, pasangan, anak, sanak saudara, teman karib, dan tetangga? Jika benar, berapa kali dalam sehari kita mendoakannya? Jika tidak bisa setiap hari, berapa kali dalam seminggu kita mendoakannya?

Sesungguhnya, tidak dikatakan anak yang baik, murid yang baik, pasangan yang baik, orangtua yang baik, saudara, karib kerabat dan tetangga yang baik, apabila kita kurang peduli lagi tidak mau mendoakan orang-orang di sekitar kita.

Kita dapat belajar dari sosok Abu Darda, salah seorang sahabat Nabi saw. dari kalangan Anshar.

Istrinya (yaitu Ummu Darda ra.) berkata, “Abu Darda mempunyai 360 sahabat karena Allah yang selalu dia doakan dalam shalat. Aku menanyakan hal itu kepadanya.

Dia kemudian menjawab, ‘Tidaklah seseorang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan dirinya, kecuali Allah menugaskan dua malaikat untuknya. Mereka berkata: bagimu kebaikan yang sama. Maka, apakah aku tidak ingin didoakan oleh para malaikat?'”

Imam Adz-Dzahabi, Siyar A’lam An-Nubala’, (2:351)

#Ingin berlangganan Tausiyah Harian dari Team Tasdiqul Quran,

#INFORMASI TAUSIYAH HARIAN

📲HUBUNGI CHAT WA : 0812.2367.9144

Semoga informasi ini bermanfaat ya.