Milyaran Kebaikan Hanya dalam Satu Doa

Jangan lupa untuk selalu mendoakan saudara-saudara seiman. Ada banyak kebaikan di dalamnya. Salah satunya adalah Allah hadirkan milyaran kebaikan di sebaliknya. Bagaimana tidak, saat kita mendoakan kaum Muslim, baik yang masih hidup atau yang sudah meninggal, kita akan mendapatkan kebaikan dari setiap Muslim yang didoakan.

Nabi saw. bersabda, “Siapa yang beristighfar (memintakan ampunan) untuk orang-orang beriman laki-laki dan perempuan, niscaya Allah akan mencatat kebaikan untuknya sebanyak kaum Mukminin dan Mukminat (yang didoakannya itu).” (HR Ath-Thabrani)

Andaikan satu orang dihitung satu kebaikan dan jumlah kaum Muslim di dunia ada tiga milyar (dihitung dengan yang sudah meninggal), maka dalam sekali doa, kita mendapatkan minimal tiga milyar kebaikan. Mâ syâ Allah!

Langkah Kaki Pengangkat Derajat di Surga

Melangkahkan kaki itu sangat mudah. Namun, tidak semua orang sanggup melangkahkan kakinya menuju pintu surga.

Padahal, ada langkah-langkah kaki yang, tidak hanya mudah dilakukan, tetapi juga bisa memasukkan seorang hamba ke dalam surga sekaligus menaikkan derajatnya di sana.

Apakah itu? Memperbanyak langkah menuju masjid.

Rasulullah saw. bersabda kepada sahabat, “Maukah kalian aku beritahukan sejumlah perkara yang akan menghapuskan kesalahan dan mengangkat derajat (kalian)?”

Para sahabat menjawab, “Ya, (kami mau) wahai Rasulullah.”

Beliau saw. lalu bersabda, “(Yaitu) menyempurnakan wudhu dalam kondisi sulit, memperbanyak langkah menuju masjid, dan menunggu shalat setelah mendirikan shalat. Itulah ar-ribath (bersiap siaga dalam jihad fî sabilillâh dari serangan musuh).” (HR Muslim, No. 251)

Dua Surat Penjaga Malam Kita

Semua ayat Al-Quran baik adanya, berpahala membacanya, dan istimewa kedudukannya. Namun demikian, pada waktu-waktu tertentu ada ayat atau surat yang lebih utama untuk dibaca dibandingkan ayat atau surat lainnya.

Pada waktu malam misalnya, ada dua surat yang layak untuk kita dawamkan untuk membacanya. Mengapa? Karena, dengan membacanya, Allah Azza wa Jalla hadirkan penjagaan dan kebaikan bagi para pembacanya.

Kedua surat tersebut adalah As-Sajdah dan Al-Mulk. Sesungguhnya, Nabi saw. tidak akan tidur sebelum membaca keduanya.

“Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam tidak akan tidur sehingga beliau membaca Alif Lâm Mîm. Tanzil (As-Sajdah) dan Tabâraka (Al-Mulk).” (HR At-Tirmidzi)

Inilah yang Allah Hadirkan di Ujung Kesabaran

Allah memberi pelangi di setiap badai, senyum di setiap air mata, berkah di setiap cobaan, dan jawaban di setiap doa. Maka, bersabarlah!

“Salâmun ‘alaikum bimâ shabartum (keselamatan atasmu berkat kesabaranmu). Maka, alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (QS Ar-Ra’d, 13:24)

Adapun kesabaran itu, menurut Ali bin Abi Thalib, ada dua macam. Pertama, sabar atas sesuatu yang tidak kita inginkan, semisal bala bencana atau segala sesuatu yang tidak mengenakkan dan menyakitkan. Kedua, sabar untuk menahan diri dari sesuatu yang kita inginkan.

Ketika Rasulullah saw Memuliakan Tukang Sapu Masjid

Tiada tempat paling mulia lagi dicintai Allah di muka bumi selain masjid. Karena kemuliaannya itu, semua hal yang berkaitan dengan kebaikan masjid menjadi mulia pula. Membangunnya adalah perbuatan mulia. Mengisinya dengan ibadah adalah perbuatan mulia.

Menjaga kebersihan masjid, itu pun termasuk perbuatan mulia. Siapa melakukannya karena mengharap ridha Allah, dia memiliki derajat mulia di sisi Allah dan rasul-Nya.

Itulah mengapa, Rasulullah saw. pernah secara khusus menshalatkan seorang wanita berkulit hitam yang biasa membersihkan Masjid Nabawi.

Abu Hurairah ra. meriwayatkan bahwa ada seorang wanita yang biasa membersihkan masjid. Selama beberapa hari, Nabi saw. tidak lagi melihat wanita tersebut. Maka, beliau pun menanyakan kabar si wanita kepada para sahabat. Mereka pun menjawab, “Dia telah meninggal.”

“Mengapa kalian tidak mengabariku?” tanya beliau dengan nada protes.

Para sahabat mengira bahwa kematian wanita tersebut tidak begitu penting bagi Rasulullah saw. sehingga mereka tidak memberitahukannya kepada Nabi saw.

“Tunjukkan aku makamnya,” pinta Nabi saw.

Maka, sahabat pun menunjukkan makam wanita tersebut, kemudian beliau menshalatkan dan mendoakannya. (HR Muslim, No. 956)

Ada Akhlak dalam Berutang

Utang bisa menjadi tolok ukur kebaikan akhlak seseorang. Semakin baik akhlak seseorang, semakin baik dan mudah pula dia dalam urusan utang piutang.

Maka, bersemangatlah kita membayar utang sebagaimana bersemangatnya kita saat berutang. Persulitlah kita untuk berutang (jangan berutang kecuali darurat) dan permudahlah untuk membayar manakala kita terlanjur berutang.

Sesungguhnya, Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya, sebaik-baik dari kalian adalah orang yang paling baik dalam melunasi utang.” (HR Al-Bukhari)

Adapun bagi orang yang sulit membayar utang, padahal dia mampu, atau tidak punya niatan baik untuk melunasi utangnya, ada ancaman dari Rasulullah saw. “Siapa yang berhutang lalu berniat tidak mau melunasinya, maka dia akan bertemu Allah (pada hari Kiamat) dalam status sebagai pencuri.” (HR Ibnu Majah)

Apa yang Anda Sibukkan ketika Shalat ?

Ketika kita sibuk melakukan sesuatu atau memikirkan sesuatu, apakah kita akan melakukan atau memikirkan hal lain di luar kesibukan? Tentu tidak! Kita akan fokus dengan apa yang kita lakukan atau kita pikirkan.

Demikian halnya dengan shalat, di dalamnya ada kesibukan sehingga “seharusnya” seseorang tidak melakukan atau memikirkan hal lain di luar gerakan dan bacaan shalat.

Ibnu Mas’ud ra. meriwayatkan bahwa dia pernah mengucapkan salam kepada Nabi saw. ketika beliau tengah menunaikan shalat. Namun, Nabi saw. tidak menjawabnya. Seusai shalat beliau bersabda, “Inna fish-shalâti lasyughlâ. Sesungguhnya di dalam shalat ada kesibukan.” (HR Ahmad, No. 3563 dan Abu Dawud, No. 924)

Nabi saw. menyebut shalat sebagai kegiatan yang penuh kesibukan. Bagaimana tidak, orang yang shalat, lahir batinnya memiliki kesibukan. Fisiknya fokus pada gerakan demi gerakan. Demikian pula pikirannya, dia fokus kepada bacaan.

Adapun qalbunya tersambung kepada Allah. Maka, walau tampak diam, sesungguhnya shalat dipenuhi kesibukan sehingga pelakunya “sulit” memikirkan hal lain.