Surga untuk Orang yang Baik Perkataannya

Sahabat TASQ,

Ingin dicatat sebagai ahli surga? Salah satu syaratnya adalah perbaiki lisan dan perbagus pembicaraan kita!

Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya di surga itu terdapat banyak ruangan yang bagian luarnya dapat dilihat dari dalam dan bagian dalamnya dapat dilihat dari luar.”

Seorang Arab badui lalu bertanya, “Untuk siapakah itu, wahai Rasulullah?”

Beliau menjawab, “Untuk orang yang baik perkataannya, yang memberi makan (orang yang kelaparan), yang rajin berpuasa dan biasa bangun malam ketika orang lain tidur nyenyak.” (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Khuzaimah)

Ketika Rezeki Mengejar Kita Setiap Hari

Sahabat TASQ,

Kita kerap mengeluh karena masalah yang seakan tak kenal lelah mengejar kita. Namun, tidak banyak yang sadar kalau masalah yang mengejar kita jauh lebih sedikit daripada rezeki yang mengejar kita.

Mengapa demikian? Sesungguhnya, setiap manusia sudah ditetapkan jatah rezekinya. Seseorang tidak akan mati sebelum jatah rezekinya sempurna diberikan.

Rasulullah saw. bersabda, “Wahai manusia bertakwalah kepada Allah dan pilihlah cara yang baik dalam mencari rezeki, karena tidaklah suatu jiwa akan mati sehingga terpenuhi rezekinya, walau lambat rezeki tersebut sampai kepadanya …” (HR Ibnu Majah)

Maka, kalau sudah ada jatahnya, rezeki akan mendatangi kita walau jauh. Rezeki akan menghampiri kita walau dihalang-halangi. Dan, hal ini terjadi setiap harinya.

Mengapa kita tidak menyadarinya? Karena makna rezeki kita hanya sebatas materi: uang, barang, harta kekayaan. Manakala semua ini tidak berhasil didapatkan, kita pun berkesimpulan kalau rezeki kita seret. Padahal, uang dan barang hanya sebagian kecil saja dari rezeki.

Kesehatan adalah rezeki, ilmu, persahabatan, anak keturunan, orang yang menyayangi, udara, air, adalah bagian dari rezeki.

Kunci Pembuka Rezeki : Jagalah Persaudaraan!

Sahabat TASQ,

Sahabat seribu terlalu sedikit. Musuh satu terlalu banyak. Maka, siapa yang ingin bahagia hatinya, lapang dadanya, mudah rezekinya, dan tenang hidupnya, layak baginya untuk memperbanyak jalinan persahabatan dan menjauhi permusuhan, apalagi dengan saudara seiman.

Al-Asma’i menuturkan, “Aku pernah mengunjungi Imam Khalil bin Ahmad. Saat itu, beliau tengah duduk di atas tikar yang sempit. Beliau berkata, ‘Duduklah di sini bersamaku’.”

“(Kalau aku duduk bersamamu), aku akan semakin mempersempit dirimu,” ujar Al-Asma’i.

Khalil bin Ahmad berkata kembali, “Dunia yang seluas ini tidak akan cukup (akan terasa sempit) bagi dua orang yang bermusuhan. Namun, sejengkal kali sejengkal jarak akan cukup bagi dua orang yang saling mencintai.” (Abu Hayyan Al-Tauhidi, Al-Bashair wa Adz-Dzakhair).

Tragedi Terbesar Seorang Manusia : Mati Tanpa Membawa Iman

Sahabat TASQ,

Tiada hal paling menyedihkan dalam hidup seorang manusia, kecuali dia hidup dalam naungan Islam. Namun, di ujung usianya Allah mencabut nikmat hidayah darinya. Dia pun keluar dari dunia bukan sebagai seorang Muslim. Dia pergi ke akhirat tanpa membawa sedikit pun bekal.

Maka, Mahabenar Allah dengan segala firman-Nya. “Siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya …” (QS Al-Baqarah, 2:217)

Bahayanya Seorang Ulama Berbuat Dosa

Sahabat TASQ,

Berbuat maksiat itu buruk. Namun, menjadi lebih buruk apabila yang melakukannya adalah seorang ulama, orang berilmu, atau mereka yang menjadi ikutan lagi dimuliakan. Dan, yang lebih bahaya lagi apabila perbuatan dosa tersebut diketahui oleh orang banyak.

Ibnu Abbas ra. berkata, “Alangkah celakanya seorang ulama ketika dia tergelincir ke dalam perbuatan maksiat, lalu dia kembali darinya (bertobat dari dosa tersebut), tetapi kemudian manusia mengikuti perbuatan dosa yang pernah dilakukannya itu …”

Sejumlah ulama mengatakan pula, “Perumpamaan seorang ulama yang tergelincir ke dalam perbuatan dosa bagaikan pecahnya kapal di lautan, dia tenggelam dan para penumpangnya pun ikut tenggelam.”

70.000 Orang yang Masuk Surga Tanpa Hisab

Sahabat TASQ,

Masuk surga tanpa hisab! Inilah impian semua orang beriman. Namun, tidak setiap orang akan mendapatkannya. Hanya orang-orang terpilih saja yang berhak atas keutamaan tersebut. Siapakah mereka?

Satu ketika, Rasulullah saw. menyebut 70.000 yang akan masuk surga tanpa hisab. Beliau lalu menyebutkan ciri khas mereka, “(Mereka adalah) orang-orang yang tidak pesimis, tidak membanggakan diri, tidak meminta-minta kepada orang lain dan mereka adalah orang-orang yang berserah diri kepada Tuhan mereka.”

Lalu, seorang sahabat yang bernama Ukasyah bin Mihshan berdiri dan bertanya, “Apakah aku termasuk golongan mereka, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Iya.”

Kemudian seseorang bertanya, “Apakah aku termasuk mereka (dalam riwayat lain: Doakanlah aku agar termasuk mereka)?” Beliau menjawab, “Engkau telah didahului oleh Ukasyah.” (HR Al-Bukhari)

Agar Hidup Penuh Syukur

TASQ,

Tidak mengapa sesekali kita melihat orang yang lebih kaya, lebih sukses bisnisnya, lebih bagus kariernya, atau lebih baik keadaan duniawinya. Apabila proporsional melakukannya, in syâ Allah ada kebaikan yang bisa kita dapatkan.

Namun, kalau terlalu sering melihat mereka, apalagi sampai membanding-bandingkannya dengan keadaan kita, kemudian menjadikan dunia sebagai obsesi tertinggi, itulah yang berbahaya.

Maka, hal paling aman adalah banyak melihat orang yang kondisinya adalah di bawah kita, yang lebih susah, lebih berat hidupnya dan lebih lekat dengan penderitaan. Dengan cara ini, hati kita akan lebih hidup dan lembut.

Rasulullah saw. bersabda, “Jika seseorang melihat orang yang lebih kaya dan lebih baik penampilannya daripada dirinya, lihatlah orang yang lebih rendah darinya.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)