Ingatlah Bunda! Guru itu Didatangi Bukan Mendatangani

Menurut Dr. Musthafa Dieb Al-Bugha, dalam Al-Wafi: Syarah Hadits Al-Arbain An-Nawawi, sSalah satu etika orang yang menuntut ilmu adalah mendatangi guru, ulama, atau ustadz, mencari mereka dan selalu bersama (mulazamah) dengan mereka, baik saat bermukim di suatu tempat atau saat dalam perjalanan.

Hal ini tersiratkan dalam Al-Quran manakala Allah Ta’ala berfirman tentang kisah Nabi Musa as. dengan Khidir, “Musa berkata kepada Khidir, ‘Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu? ‘” (QS Al-Kahfi, 18:66)

Jangan Biarkan Mereka Tumpul Hatinya

Jangan biarkan anak-anak kita selalu berada dalam kemudahan dan kesenangan. Kemudahan tanpa disertai tanggung jawab, atau kesenangan tanpa diserta empati, hanya akan menumpulkan hati. Adapun ujungnya adalah lahirnya sikap tidak peduli pada penderitaan dan kesusahan orang lain.

Ketika Nasihat Orangtua tidak Menyentuh Hati Anak

Kerap kali, orangtua sudah berbusa-busa menasihati anaknya agar ini agar itu. Namun sayang, sebanyak nasihat diberikan, sebanyak itu pula sang anak memberi penolakan.

Lalu, siapakah yang salah?

Sebelum saling menyalahkan, ada baiknya kita menyimak salah satu tausiyah Dr. Khalid Al Mushlih.

“Tiga hal yang jika hal ini ada dalam sebuah nasihat, niscaya dia tidak akan tertolak: (1) jujur, (2) pengalaman dan memahami kondisi yang dinasihati, dan (3) lemah lembut dalam menyampaikannya.”

Mengapa Anak Lebih Mudah Menghapal Al-Qur’an Dibandingkan Orangtua ?

Al-Quran bisa dihapal oleh siapa saja, tua atau muda, anak-anak atau orang dewasa. Hanya saja, anak-anak biasanya lebih cepat dalam menghapal Al-Quran dibandingkan orangtua. Mengapa demikian?

Sesungguhnya, pada anak-anak, sel-sel otak yang bertugas untuk menyimpan informasi lebih banyak dibandingkan sel-sel otak yang bertugas untuk menganalisis informasi. Seiring dengan pertambahan usia, sel-sel penyimpan informasi sedikit demi sedikit mulai digantikan oleh sel-sel penganalisis informasi.

Itulah mengapa, orangtua lebih pandai dalam menganalisis informasi, sedangkan anak-anak lebih mudah untuk menghapalkan informasi.

Adapun usia terbaik bagi seorang anak untuk mulai menghapal Al-Quran secara serius adalah saat usia 5 tahun.

Tiga Bekal Terbaik Orangtua kepada Anaknya

Setiap orangtua pasti ingin memberikan bekal dan warisan terbaik kepada anak-anaknya. Namun, tahukah Anda apa bekal terbaik tersebut?

Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad, dalam bukunya yang berjudul Oase Al-Quran menuliskan bahwa, “Bekal terbaik dari orangtua kepada anaknya adalah keimanan dan takwa, kemudian etika (adab) dan Al-Quran. Dengan keimanan mereka akan selamat. Dengan etika mereka akan terhormat. Adapun dengan Al-Quran mereka akan tertuntun hidupnya di dunia dan mendapatkan syafaat di akhirat.”

Nasihat Khalifah Abdul Malik bin Marwan kepada Anaknya

Apabila niat dan cara mencarinya benar, tidak ada yang dilahirkan oleh ilmu kecuali kebaikan. Siapa memiliki ilmu, hidupnya akan mulia, lebih terjaga dan membawa keselamatan di posisi mana pun pemiliknya berada. Hal inilah yang layak ditenamkan orangtua ke dalam pikiran anak-anaknya.

Maka, di hadapan putra-putranya Khalifah Abdul Malik bin Marwan berkata, “Anak-anakku, tuntutlah ilmu. Sebab, apabila kalian menjadi pemimpin, (dengan ilmu) niscaya kalian akan bisa memimpin dengan baik. Dan, apabila kalian menjadi rakyat, (dengan ilmu) niscaya kalian dapat hidup dengan tenteram.” (Al-Lubbu fil Islam wat Thibb, Dr. Syaukat Asy-Syathi)

Karena besarnya keutamaan ilmu, Rasulullah saw. tidak pernah meminta tambahan kepada Allah Ta’ala, kecuali minta agar ditambahkan baginya ilmu (QS Thâhâ, 20: 114)

Cara Nabi Mengoreksi Kesalahan Anak

Orangtua kerap menuntut anak untuk melakukan satu pekerjaan secara sempurna. Pada saat yang bersamaan, dia tidak memberikan contohnya dengan jelas dan detail. Namun, saat anak melakukan kesalahan, orangtua menegur, mencela bahkan memarahinya.

Hal ini adalah sebentuk kezaliman yang kerap tidak disadari. Bagaimana mungkin seseorang harus melakukan suatu pekerjaan secara sempurna sedangkan dia tidak pernah melakukan sebelumnya dan tidak diberikan petunjuk yang jelas?

Maka, apabila mendapati seseorang melakukan kesalahan, Rasulullah saw. akan mengoreksi kesalahan tersebut dan menunjukkan cara memperbaikinya secara langsung, termasuk kepada seorang anak.

Satu ketika, Rasulullah saw. berjalan melewati seorang anak yang tengah menguliti kambing. Beliau pun melihat kalau si anak tidak melakukannya dengan baik. Maka, beliau bersabda kepadanya, “Minggirlah, akan aku perlihatkan caranya!”

Rasulullah saw. kemudian memasukkan tangannya di antara kulit dan daging, kemudian menekannya sehingga masuk sampai batas ketiak. Setelah itu beliau pergi untuk mengimami shalat dengan tanpoa berwudhu kembali. (HR Abu Dawud dari Abu Sa’id Al-Khudri)

Apa yang Nabi saw. lakukan, yaitu mengoreksi dan praktik secara langsung, akan mengundang pengetahuan yang benar, amalan yang terarah, dan cara yang benar dalam aktivitas mendidik.