Kebahagiaan dan Kesengsaraan Seorang Suami

Kebahagiaan seorang suami atau istri bukan semata-mata karena cukup atau melimpahnya harta, cantik atau tampannya pasangan, bagus dan luas rumah, atau berkelas dan nyamannya kendaraan. Bukan hanya itu. Itu hanya pemuas dari aspek duniawi.

Ada satu hal yang bisa melahirkan kebahagiaan hakiki bagi suami atau istri dari pasangannya, yaitu hadirnya dukungan kala dia tengah menghadapi kesulitan, kesusahan dan masalah dalam hidupnya. Demikian pula, kesengsaraan bagi seorang suami atau istri, adalah manakala pasangannya tidak memberikan dukungan kepadanya.

Maka, Dr. Musthafa As-Siba’i mengatakan bahwa, “Pembeda antara bahagia dan sengsara bagi seorang suami adalah apakah istrinya menjadi pendukungnya kala musibah datang, atau justru menjadi pendukung datangnya musibah terhadapnya.”

Jadilah Suami yang Menasehati

Di antara sikap Rasulullah saw. pada keluarganya, terkhusus para istrinya, adalah beliau senantiasa mendorong mereka untuk berbuat baik. Tidaklah beliau bertemu dengan salah seorang mereka, kecuali ada doa atau nasihat kebaikan yang diberikan.

Saat berjumpa dengan ‘Aisyah ra. misalnya, Rasulullah saw. berkata, “Wahai ‘Aisyah, jagalah dirimu dari api neraka walau hanya dengan bersedekah setengah potong kurma.” (HR Ahmad, No. 23980)

Pada kesempatan lain, beliau bersabda, “Wahai ‘Aisyah, bersedekahlah dan jangan menupuk harta. Kalau tidak (bersedekah), niscaya Allah akan menahan rezeki-Nya darimu.” (HR Abu Dawud, No. 1700 dan An-Nasa’i, No. 2549)

Di sini tersirat sebuah pesan bahwa Rasulullah saw. tidak ingin kebersamaan dengan istrinya berlalu begitu saja tanpa ada kebaikan di dalamnya.

Inilah Saat yang Tepat untuk Mengqadha Puasa

Jangan ragukan keutamaan sepuluh hari pertama di bulan Zulhijjah. Di dalamnya ada kecintaan Allah Ta’ala bagi orang-orang yang melakukan ketaatan. Nilainya melebihi keutamaan jihad fi sabilillâh

Maka, siapa yang masih memiliki utang puasa Ramadhan, dia bisa memanfaatkan momen istimewa ini untuk menyicil atau melunasinya, terkhusus tanggal 1-8 Zulhijjah.

Adapun untuk 9 Zulhijjah, kita bisa mengkhususkan diri untuk menunaikan shaum Arafah. Apa keutamaannya? Rasulullah saw. bersabda, “Berpuasa pada hari Arafah karena mengharap pahala dari Allah melebur dosa-dosa setahun sebelum dan sesudahnya.” (HR Muslim)

Mengucapkan Salam Saat Memasuki Rumah

Di antara adab seorang Muslim adalah mengucapkan salam saat memasuki rumah, terkhusus lagi saat berjumpa kedua orangtuanya. Hal ini seakan sangat mudah dilakukan. Namun, bagi yang tidak terbiasa, hal ini lebih berat dan lebih sulit dibandingkan mengangkat batu.

Maka, amat penting bagi orangtua untuk menanamkan kepada anak-anaknya adab mulia ini sejak kecil. Pastikan lisan anak terbiasa untuk mengucapkan salam saat memasuki rumah atau saat berjumpa orangtuanya atau orang yang lebih dewasa.

“… dan anak kecil mengucapkan salam kepada orang dewasa.” (HR Al-Bukhari)

Ini pula yang diwasiatkan Rasulullah saw kepada Anas bin Malik ra. yang saat itu masih kecil. “Wahai anakku, apabila engkau masuk menemui keluargamu, ucapkanlah salam. Sesungguhnya, hal itu akan mendatangkan keberkahan bagimu dan keluargamu.” (HR At-Tirmidzi)

Ayah Ajaklah Anakmu Shalat Malam

Seorang wartawan bertanya kepada seorang pengusaha sukses, “Apa kunci sukses Anda dalam berbisnis?”

Pengusaha ini diam dan berpikir sejenak, lalu berkata, “Saya sendiri tidak tahu apa yang membuat saya sukses dalam bisnis. Hanya saja, saya merasakan aneka kemudahan dalam meniti kesuksesan ini. Namun, ada satu hal yang selalu dibiasakan ayah saya sejak saya kecil, yaitu shalat malam. Saya masih ingat beliau sering mengajak saya dan adik-adik untuk shalat malam, terkhusus saat masa-masa sulit.”

Ayah pengusaha ini adalah seorang pedagang di pasar. Jualannya terkadang untung terkadang rugi. Bahkan, dia kerap terlilit utang yang jatuh tempo sehingga ibunya harus pontang panting mencari pinjaman untuk menutupinya.

Dia berkata kembali, “Kami sekeluarga bingung sehingga menangis dalam doa-doa kami. Namun entah bagaimana kami bisa bertahan sampai saat ini. Bahkan sekarang, anak-anak Ayah menjadi orang-orang yang cukup sukses. Dan yang kami ingat, Ayah selalu mengajak anak-anaknya untuk menjadi bagian dari pemecah masalah walau mereka masih kecil.”

Dr. Muhammad Yusuf Efendi, Ayah Juara: 7 Hari Menjadi Ayat Qurani, Hlm. 26-27.

Inilah Pemberian Terbaik Orangtua kepada Anaknya

Apakah pemberian terbaik orangtua kepada anaknya? Apakah rumah yang bagus, hape mahal, kendaraan berkelas, tas dan pakaian bermerk, atau makanan dan minuman yang enak? Ternyata bukan! Menurut Rasulullah saw. pemberian terbaik dari orangtua kepada anaknya adalah pengajaran adab (akhlak) yang baik.

Maka, wajib bagi para orangtua untuk meneladankan dan mengajarkan akhlak dan adab yang baik kepada anak-anaknya sejak mereka kecil. Adab di sini mencakup adab kepada Allah, orangtua, guru, teman, tetangga, dan lainnya. 

Sesungguhnya, Rasulullah saw. pernah bersabda, “Tidak ada pemberian orangtua untuk anaknya yang lebih utama dibanding adab yang baik (adabin hasanin).” (HR At-Tirmidzi dari Amr bin Ash)

Atau dalam hadits lain, “Seseorang yang mengajarkan adab pada anaknya, itu lebih baik baginya dibanding dia bersedekah (setiap hari) satu sha.” (HR At-Tirmidzi dari Jabir bin Samurah)

Ajari Anak Kita Punya Adab terhadap Al-Quran

Mushaf Al-Quran itu bukanlah buku biasa. Dia berisi kalimat-kalimat suci dari Zat Yang Mahasuci. Kalimat-kalimat agung dari Zat Yang Mahaagung. Maka, amat layak bagi orang beriman untuk memperlakukannya dengan penuh hormat. Salah satunya adalah tidak meletakkan barang apapun di atas mushaf Al-Quran.

Imam Al-Baihaqi mengatakan, “Jangan meletakkan kitab lain, atau pakaian, atau apapun di atas mushaf. Kecuali, jika ada dua mushaf, boleh diletakkan dengan cara ditumpuk.” (Syu’abul Iman, 3:329)

Imam Al-Hakim dan At-Tirmidzi mengatakan pula, “Bagian dari kehormatan mushaf, ketika dia diletakkan, jangan dibiarkan berserakan. Dan, jangan meletakkan kitab apapun di atasnya, sehingga mushaf Al-Quran selalu berada di atas semua kitab.” (Nawadir Al-Ushul, 3:254)