Doa Orangtua Mengubah Takdir Anak

Ada satu hal yang harus terus dilakukan oleh orangtua kepada anak. Apakah itu? Doa!

Bagaimana pun keadaan anak kita, doa kebaikan kepadanya harus terus dipanjatkan, minimal setelah shalat. Semakin sering orangtua mendoakan anaknya, semakin dahsyat pula efeknya.

Sungguh, doa orangtua bisa mengubah takdir seorang anak. “Tiga doa mustajab yang tidak diragukan lagi (kemustajabannya) yaitu doanya orang yang terzalimi, doanya orang yang bepergian (safar) dan doa kebaikan orangtua kepada anaknya.” (HR Ibnu Majah, No. 3862)

Maka, sudah berapa kalikah engkau wahai Bunda mendoakan anak-anakmu hari ini?

Jika sudah mendoakan, apakah engkau sudah memberinya dukungan yang optimal untuk kebaikannya, dengan kata dan perbuatan?

Jika dengan doa saja, doa orangtua bisa menembus langit, bagaimana pula jika seorang ibu memberikan dukungan terbaik untuk anak-anaknya?

Perbaiki Hidupmu dengan Memperbaiki Shalatmu

Siapa yang bersungguh-sungguh menunaikan shalat fardhu pada waktu utamanya, niscaya aneka kebaikan akan mendatanginya.

Sahabat Utsman bin Affan ra. mengatakan, “Apabila engkau selalu menunaikan shalat yang lima waktu tepat pada waktu utamanya, niscaya Allah akan memuliakanmu dengan sembilan kemuliaan.

(1) Allah Ta’ala akan mencintaimu, (2) menyehatkan badanmu, (3) melunakan hatimu, (4) malaikat akan selalu menjagamu, (5) rumahmu akan diberkahi.

Kemudian, (6) wajahmu menampakkan jati diri orang saleh, (7) engkau akan menyeberangi shirat bagai kilat, (8) selamat dari api neraka, dan (9) Allah akan menempatkanmu di surga bersama orang-orang yang tidak lagi memiliki rasa takut dan tidak pula bersedih hati.”

Syaikh Muhammad Nawawi Al-Bantani, Nashaihul ‘Ibad.

Aneka Tanaman Surga

Siapa menginginkan surga dengan segala kenikmatannya, dia layak untuk serius mempersiapkan maharnya sedari di dunia. Dan ternyata, ada satu amalan yang bisa menjadi garansi didapatkannya kenikmatan surga. Itulah zikrullah!

Rasulullah saw. bersabda, “Ketika malam Isra’, aku bertemu dengan (Nabi) Ibrahim Al-Khalil as. Kemudian dia berkata, ‘Wahai Muhammad, sampaikan kepada umatmu salamku. Katakan kepadanya bahwa surga itu tanahnya amat subur, airnya tawar, dan tanahnya sangat luas. Tanamannya adalah subhânallâh, alhamdulillâh, wa lâ ilâha illallâhu, wallâhu akbar.” (HR At-Tirmidzi)

Abdullah bin Abid Dunya pun mengatakan, “Aku mendengar bahwa istana-istana surga itu dibangun dengan zikir. Jika mereka berhenti dari zikirnya, para malaikat pun berhenti membangun istana-istana di surga.” Kemudian ditanyakan mengapa berhenti? “Sampai datang nafkah untuk membangunnya kembali,” jawabnya.

Kelembutan, Penentu Kualitas Akhlak Orangtua

Sebaik-baik hati adalah hati orang-orang Mukmin. Hati mereka adalah hati yang paling dicintai Allah. Rasulullah saw. pernah bersabda, “Sesungguhnya, Allah mempunyai wadah dari penghuni bumi. Wadah dari Rabb kalian adalah hati para hamba-Nya yang saleh. Dan, hati yang paling dicintai-Nya adalah yang paling lembut lagi santun.” (HR Ath-Thabrani, As-Silsilah Ash-Shahihah, 4:264, No. 1691)

Maka, dalam konteks keluarga, di antara tanda baik tidaknya akhlak orangtua di rumah, terlihat dari kadar kelemahlembutan sikap mereka, terkhusus kepada anak-anaknya. Semakin lembut sikap mereka, semakin indah tampilan akhlaknya. Sebaliknya, semakin kasar perangainya, semakin buruk pula kualitas akhlaknya.

Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh, tidaklah sifat lemah lembut ada pada sesuatu melainkan dia menghiasinya. Dan, tidaklah sifat lemah lembut tercabut dari sesuatu melainkan dia menjadikannya buruk.” (HR Muslim, No. 6767)

Mudahnya Urusan Makan Rasululloh SAW

Di antara ciri paling menonjol dalam kehidupan Rasulullah saw. adalah sangat mudah dalam urusan makanan. Beliau tidak ribet, tidak menyusahkan diri maupun membuat susah para istri dan sahabatnya. Apabila suka, beliau mengonsumsinya. Apabila tidak suka, beliau mengabaikannya tanpa mencela.

Apabila ada makanan di rumahnya, beliau memakannya. Apabila tidak ada, beliau pun berpuasa. So simple!

Maka dikisahkan bahwa suatu pagi, sepulang dari masjid, Rasulullah saw. mendatangi Aisyah dan bersabda, “Wahai, ‘Aisyah. Apakah engkau mempunyai sesuatu?”

‘Aisyah menjawab, “Wahai Rasulullah, aku tidak mempunyai apa-apa!”

Maka beliau pun berkata, “Kalau begitu aku berpuasa.” (HR Muslim)

Perbaiki Rumahtangga dengan Memperbaiki Kualitas Shalat

Baik tidaknya kehidupan seorang Muslim sangat ditentukan oleh baik tidaknya shalat-shalat yang dia lakukan. Demikian halnya dengan kebaikan rumahtangga sepasang suami istri, sangat ditentukan oleh baik tidaknya kualitas shalat keduanya.

Bagaimana jika shalatnya belum terasa nikmat dan masih sering telat? Shalatnya belum berjalan khidmat? Untuk bisa khusyuk apalagi, masih jatuh bangun?

Sejatinya, untuk bisa shalat tepat waktu lagi nikmat terasa, butuh ilmu, proses panjang, riyadhah dan doa terus menerus.

Maka jangan patah semangat! Selama ada asa, doa dan ikhtiar nan optimal, selama itu pula peluang agar bisa nikmat kala shalat tetap terbuka lebar.

Seorang ulama sekaligus ahli ibadah terkemuka dari kalangan tabiin, Tsabit bin Aslam Al-Banani, mengungkapkan pengalamannya.

“Aku mengalami kepayahan dalam mengerjakan shalat selama 20 tahun, kemudian aku bisa menikmatinya selama 20 tahun pula!” (Ibnul Jauzi, Shifatush Shafwah, 3:260)

Jatah Harta untuk Ummahatul Mu’minin

Al-Hafizh Ibnu Abi Ad-Dunya, dalam Kitab Mujâbid Da’wah, menukilkan salah satu kisah yang terjadi pada masa kekhalifahan Umar bin Khathab ra.

Suatu ketika, Amirul Mu’minin Umar bin Khathab mendapatkan kiriman harta yang banyak dari negeri Bahrain. Umar pun menetapkan pembagian dari baitul mal untuk orang-orang yang berhak menerimanya, terkhusus dari keluarga Rasulullah saw. dan para sahabat. Untuk istri-istri Nabi saw. Umar menetapkan bagian 12.000 dirham (setara dengan 880 – 900 juta rupiah).

Amirul Mu’minin mengutus seseorang untuk mengantarkan bagian Zainab binti Jahsy ra. Ketika sang utusan menyerahkan uang tersebut, Zainab berkata, “Semoga Allah mengampuni Umar. Sungguh, ada banyak saudaraku yang lebih berhak untuk mendapatkan harta ini daripada aku.”

“Ini semua hak Anda,” kata orang ini.

“Subhanallâh!” ujar Zainab dengan nada tidak suka. Dia lalu diam di tempatnya.

Sejenak kemudian, Zainab berkata, “Letakkan dan tutupilah uang yang kau bawa dengan sehelai kain.”

Sang utusan melaksanakan apa yang diperintahkan Zainab. Dia meletakkan dan menutupi dirham yang dibawanya dengan sehelai kain.

Selanjutnya, Zainab berkata kepada salah seorang wanita yang berada di dekatnya, “Masukkan tanganmu dan genggamlah apa yang ada di dalamnya, lalu pergi kepada keluarga Fulan dan berikan kepadanya. Juga kepada keluarga Fulan, anak-anak yatimnya dan kerabatnya.”

Harta sebanyak itu dibagi-bagikan semuanya dan hanya tersisa sedikit saja.

“Semoga Allah mengampuni Anda. Demi Allah, seharusnya kami pun mendapatkan bagian,” kalimat ini meluncur begitu saja dari mulut si wanita.

“Semua uang yang ada di bawah kain semuanya untukmu,” sahut Zainab.

Wanita itu mengangkat kain dan mendapati 35 dirham (setara dengan 2.5 juta rupiah).

Setelah semua hartanya habis dibagikan, Zainab mengangkat kedua tangannya dan berdoa, “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu agar tidak lagi mendapati pemberian dari Umar setelah tahun ini.”

Doa Zainab terkabul. Allah Ta’ala mewafatkannya pada tahun itu juga.

Sumber
Bersanding dengan Nabi saw. di Surga, Abu Umar Basyir.