Seperempat Kebahagiaan dalam Hidup

Memiliki pasangan yang saleh adalah seperempat dari kebahagiaan hidup. Bahkan, dia bisa menentukan kebahagiaan yang tiga perempat lainnya. Ketika pasangan bermasalah, beragam karunia dalam hidup pun menjadi tidak bermakna.

Rasulullah saw. menempatkan kesalahan pasangan sebagai penentu kebahagiaan seorang Muslim. Beliau bersabda:

“Ada empat perkara yang termasuk dari kebahagiaan, yaitu wanita (istri) salehah (atau suami yang saleh bagi seorang istri), tempat tinggal yang luas (lapang), tetangga yang saleh, dan tunggangan (kendaraan) yang nyaman.” (HR Ibnu Hibban)

“Empat macam dari kebahagiaan manusia, yaitu istri yang salehah, anak yang berbakti, teman-temannya yang baik, dan bermatapencaharian di dalam negaranya sendiri.” (HR Ad-Dailami)

Yang Lebih Penting dari Sekedar Memberi Makan dan Minum

Penting bagi orangtua untuk memberi makan, minum, dan pakaian layak bagi anaknya. Namun, ada yang lebih penting dari itu, yaitu mengajari anak agar paham bagaimana adab-adab makan, minum dan berpakaian dalam Islam.

Sesungguhnya, dengan kepahaman akan lahir pengamalan. Dari pengamalan akan lahir kebiasaan. Dari kebiasaan akan lahir karakter, watak dan akhlak. Saat sudah menjadi akhlak, aneka kebaikan akan melekat kuat dalam diri, sampai akhirnya terbawa mati.

Maka, tidaklah Rasulullah saw. diutus ke tengah-tengah manusia, kecuali untuk menyempurnakan akhlak. “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan baiknya akhlak.” (HR Ahmad)

Perkataan Orangtua adalah Doa

Kata-kata orangtua adalah doa yang bisa membuka pintu langit. Dia bagai anak panah yang apabila dibidikkan pasti tepat mengenai sasaran.

Maka, orangtua harus sangat terampil menjaga lisan. Jangan sampai apa yang diucapkannya kepada anak adalah panah beracun yang akan membinasakannya. Sesungguhnya, doa orangtua termasuk satu dari tiga doa yang pasti diijabah.

“Ada tiga jenis doa yang mustajab (terkabul), tidak diragukan lagi, yaitu doa orang yang dizalimi, doa orang yang bepergian dan doa kejelekan kedua orangtua kepada anaknya.” (HR Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, No. 32)

Maka, Rasulullah saw. pun berpesan kepada para orangtua, “Janganlah kalian ucapkan kata (doa), kecuali yang baik. Karena sesungguhnya para malaikat mengaminkan apa yang kalian ucapkan.” (HR Muslim)

Hasan bin Ali, Cucu Kesayangan Rasullullah SAW

Hasan bin Ali adalah cucu kesayangan Nabi saw. Bersama adiknya, Husein, dia menjadi hiasan mata manusia termulia.

Hasan lahir pada bulan Ramadhan tahun ke-2 Hijriyah di Madinah di tengah keluarga yang diberkahi. Nama “Hasan” sendiri diberikan langsung oleh Nabi saw. Sejumlah hadits menyebutkan bagaimana perlakuan Nabi saw. kepada Hasan dan adiknya, Husain: bagaimana beliau mengasuh, membesarkan dan mengajarkan beragam nilai kebaikan.

Kedekatan Hasan dengan Nabi saw. sampai tergambar dari ciri fisiknya. Di antara keluarga Nabi saw. Hasan-lah yang fisik dan wajahnya paling mirip dengan Nabi saw. Akhlak dan kualitas diri Hasan pun tidak jauh beda dengan sang kakek: kesalehan, kecerdasan, kedermawanan, kezuhudan, cara bicaranya, keberanian, kepemimpinan dan kebijaksanaannya.

Dengan kualitas diri yang dimilikinya, pada tahun 39 Hijriyah, Hasan diangkat sebagai khalifah kaum Muslim yang ke-5 setelah wafatnya Ali bin Abi Thalib. Dialah memegang jabatan tersebut selama 7 bulan 11 hari.

Demi menjaga persatuan Islam, Hasan kemudian menyerahkan amanah kekhalifahan kepada Mu’awiyah bin Abi Sufyan.

Terkait hal ini, Nabi saw. pernah bersabda, “Sesungguhnya cucuku ini adalah seorang pemimpin. Semoga dengannya, Allah mendamaikan dua kelompok besar umat Islam.” (HR Al-Bukhari)

Sosok hebat ini wafat di Madinah tahun 49 Hijriyah pada usia 46 tahun.

Sumber

Biografi Hasan bin Ali bin Abi Thalib, Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi
66 Orang yang Dicintai Rasul saw. (Jilid 2), Prof. Dr. Muhammad Bakar Isma’il

Jangan Menyusahkan Istri yang Taat Kepadamu

Allah Ta’ala mengingatkan para suami agar tidak menyusahan dan menzalimi istri yang taat kepadanya.

“Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.” (QS Al-Mâ’idah, 4:34)

Ada satu nasihat kebaikan dari Rasulullah saw. untuk para suami. Beliau bersabda, “Keimanan paling sempurna dalam agama adalah orang yang memiliki sifat-sifat mulia dan yang paling baik terhadap istrinya.” (HR At-Tirmidzi dan An-Nasa’i).

Beliau pun menegaskan, “Sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan akulah orang yang terbaik di antara kalian kepada keluargaku.” (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Hibban)

Maka, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya. Itulah standar tertinggi dan ukuran dari seimbangnya kebaikan dalam hati dan amal-amal yang dilakukan seorang Muslim,” demikian Dr. Khalid Al-Mushlih menjelaskan (Twit Ulama).

Jangan Sepelekan Pemberian Walau Sedikit

Jangan sepelekan pemberian. Walau sedikit, dia bisa melembutkan hati yang keras, mengikis kedengkian, sekaligus memutuskan tali permusuhan dan dendam. Kebaikan menyambung tali silaturahim, termasuk dengan orangtua, keluarga, saudara, teman, tetangga tercakup pula dalam aktivitas saling memberi.

Maka, pantaslah apabila Rasulullah saw. sampai berpesan:

“Hendaknya kalian saling memberi hadiah. Sesungguhnya pemberian hadiah itu dapat melenyapkan kedengkian.” (HR At-Tirmidzi dan Ahmad)

“Jangan kamu saling dengki dan iri dan jangan pula mengungkit keburukan orang lain. Jangan saling benci dan jangan saling bermusuhan serta jangan saling menawar lebih tinggi atas penawaran yang lain. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR Muslim)