Nimatnya Kebersamaan dalam Ketaatan

Ada banyak kenikmatan dalam hidup berumahtangga. Namun, tiada yang paling nikmat selain kebersamaan dalam ketaatan; dalam ibadah; dan dalam menggapai keridhaan-Nya.

Maka …

Makan berdua di restoran itu nikmat. Namun, dia tak senikmat kala saat bisa sahur dan buka shaum bersama.

Traveling berdua itu indah. Namun, dia tak seindah kala bisa shalat Tahajud bersama.

Shoping berdua itu sesuatu banget. Namun, dia tak seromantis kala bisa khatam Al-Quran bersama.

Dan, semua akan terasa lengkap apabila anak-anak dan seiisi rumah bisa ikut serta dalam khafilah ketaatan bersama ayah dan ibunya.

Berilah Pasanganmu Minuman untuk Berbuka

Dari Al-Irbadh bin Sariyah ra. Rasulullah saw. bersabda:

“Seorang suami pasti akan diberi pahala (oleh Allah) ketika memberi minum istrinya.” (HR Ahmad)

Jika memberi minum pada kondisi biasa saja sudah berpahala, bagaimana lagi saat suami memberi minum istrinya ketika berbuka puasa?

Bagaimana lagi jika minumannya dibumbui serbuk doa, ditaburi topping cinta, diseduh dengan kasih sayang, dan dipermanis dengan gula-gula perhatian dan kesetiaan?

Hanya Allah yang tahu berapa besar pahalanya!

Saat si Kakak Punya Adik Baru

Dalam kitab Shifatush Shafwah karya Al-Hafizh Ibnul Jauzi, terungkap sebuah nasihat indah dari Muhammad bin Ali bin Al-Husain rahimahullah kepada putranya.

Beliau berkata, “Wahai anakku, jauhilah olehmu sifat malas dan banyak mengeluh. Sesungguhnya, kedua sifat itu merupakan kunci dari segala keburukan.

Apabila engkau malas, niscaya engkau tidak akan mampu menunaikan kewajibanmu. Apabila engkau banyak mengeluh, niscaya engkau pun tidak akan sabar dalam menunaikan kewajibanmu itu.”

Nasihat untuk Ananda

Dalam kitab Shifatush Shafwah karya Al-Hafizh Ibnul Jauzi, terungkap sebuah nasihat indah dari Muhammad bin Ali bin Al-Husain rahimahullah kepada putranya.

Beliau berkata, “Wahai anakku, jauhilah olehmu sifat malas dan banyak mengeluh. Sesungguhnya, kedua sifat itu merupakan kunci dari segala keburukan.

Apabila engkau malas, niscaya engkau tidak akan mampu menunaikan kewajibanmu. Apabila engkau banyak mengeluh, niscaya engkau pun tidak akan sabar dalam menunaikan kewajibanmu itu.”

Kisah di Antara Dua Tiang Masjid

Islam menghendaki kemudahan dan menghindari kesulitan dalam ibadah. Ketika sehat dan keadaan normal, lakukan ibadah dengan sempurna. Namun, saat sakit atau ada uzur, lakukan ibadah semampunya sesuai rukhshah (kemudahan) yang telah ditetapkan.

Anas bin Malik ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. memasuki masjid. Beliau kemudian menemukan seutas tali yang terikat di antara dua tiang. Beliau pun bertanya, “Apa ini?”

Orang-orang menjawab, “Itu kepunyaan Zainab. Dia shalat dan saat dia terlambat atau merasakan letih, dia akan berpegangan padanya.”

Mendengar hal itu, Nabi saw. bersabda, “Lepaskanlah ikatannya. Biarlah seseorang beribadah selama diri merasa segar (kuat). Akan tetapi, saat merasa letih hendaklah dia berhenti.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)

“Riwayat ini menjadi bukti bahwa seseorang tidak diperkenankan untuk memaksakan diri dalam ibadah (terlebih ibadah sunnah) dan dia harus seimbang.

Selayaknya seseorang beribadah dalam keadaan segar bugar. Ketika merasa letih, mereka hendaknya berhenti dan bisa kembali melanjutkan ibadahnya saat sudah segar kembali,” demikian tulis Imam An-Nawawi.

(Syarh An-Nawawi alâ Muslim, 73:6

Boleh Jadi Rezeki Kita Hadir Karena Orang-Orang di Sekitar Kita

Jangan merasa hebat manakala kita mendapati kemudahan dalam mendapatkan rezeki. Sejatinya, semua itu bukan karena kemampuan, kecerdasan, dan keterampilan kita dalam membuka pintu-pintu rezeki.

Semua terjadi karena Allah Ta’ala menghendaki hal itu untuk kita karena ada sebab-sebab lain. Boleh jadi karena doa orangtua kita, pasangan dan anak-anak kita, doa orang-orang lemah yang kita bantu, doa orang lapar yang kita beri makan, doa orang susah yang kita pinjami uang, atau karena kita senang memudahkan urusan para penuntut ilmu, dan lainnya.

Rasulullah saw. bersabda, “Carilah (keridhaan)ku melalui orang-orang lemah di antara kalian. Karena sesungguhnya, kalian diberi rezeki dan ditolong dengan sebab orang-orang lemah di antara kalian.” (HR Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan lainnya)

Ada Pahala Melimpah dalam Nafkah

Jangan sepelekan pemberian kepada keluarga, walau hanya sesuap nasi, seteguk air minum, sekerat roti, atau sepotong kurma dari harta yang halal. Sesungguhnya, itu termasuk sebaik-baik pemberian. Sederhana kelihatannya, padahal besar pahalanya.

Cukuplah sabda Rasulullah saw. sebagai pengingat diri, “Satu dinar yang engkau keluarkan di jalan Allah, satu dinar yang engkau keluarkan untuk memerdekakan budak, satu dinar yang engkau yang engkau keluarkan untuk orang miskin, dan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu, maka yang terbesar pahalanya adalah yang engkau nafkahkan untuk keluargamu.” (HR Muslim, No. 995)