Ayah Ajaklah Anakmu Shalat Malam

Seorang wartawan bertanya kepada seorang pengusaha sukses, “Apa kunci sukses Anda dalam berbisnis?”

Pengusaha ini diam dan berpikir sejenak, lalu berkata, “Saya sendiri tidak tahu apa yang membuat saya sukses dalam bisnis. Hanya saja, saya merasakan aneka kemudahan dalam meniti kesuksesan ini. Namun, ada satu hal yang selalu dibiasakan ayah saya sejak saya kecil, yaitu shalat malam. Saya masih ingat beliau sering mengajak saya dan adik-adik untuk shalat malam, terkhusus saat masa-masa sulit.”

Ayah pengusaha ini adalah seorang pedagang di pasar. Jualannya terkadang untung terkadang rugi. Bahkan, dia kerap terlilit utang yang jatuh tempo sehingga ibunya harus pontang panting mencari pinjaman untuk menutupinya.

Dia berkata kembali, “Kami sekeluarga bingung sehingga menangis dalam doa-doa kami. Namun entah bagaimana kami bisa bertahan sampai saat ini. Bahkan sekarang, anak-anak Ayah menjadi orang-orang yang cukup sukses. Dan yang kami ingat, Ayah selalu mengajak anak-anaknya untuk menjadi bagian dari pemecah masalah walau mereka masih kecil.”

Dr. Muhammad Yusuf Efendi, Ayah Juara: 7 Hari Menjadi Ayat Qurani, Hlm. 26-27.

Inilah Pemberian Terbaik Orangtua kepada Anaknya

Apakah pemberian terbaik orangtua kepada anaknya? Apakah rumah yang bagus, hape mahal, kendaraan berkelas, tas dan pakaian bermerk, atau makanan dan minuman yang enak? Ternyata bukan! Menurut Rasulullah saw. pemberian terbaik dari orangtua kepada anaknya adalah pengajaran adab (akhlak) yang baik.

Maka, wajib bagi para orangtua untuk meneladankan dan mengajarkan akhlak dan adab yang baik kepada anak-anaknya sejak mereka kecil. Adab di sini mencakup adab kepada Allah, orangtua, guru, teman, tetangga, dan lainnya. 

Sesungguhnya, Rasulullah saw. pernah bersabda, “Tidak ada pemberian orangtua untuk anaknya yang lebih utama dibanding adab yang baik (adabin hasanin).” (HR At-Tirmidzi dari Amr bin Ash)

Atau dalam hadits lain, “Seseorang yang mengajarkan adab pada anaknya, itu lebih baik baginya dibanding dia bersedekah (setiap hari) satu sha.” (HR At-Tirmidzi dari Jabir bin Samurah)

Ajari Anak Kita Punya Adab terhadap Al-Quran

Mushaf Al-Quran itu bukanlah buku biasa. Dia berisi kalimat-kalimat suci dari Zat Yang Mahasuci. Kalimat-kalimat agung dari Zat Yang Mahaagung. Maka, amat layak bagi orang beriman untuk memperlakukannya dengan penuh hormat. Salah satunya adalah tidak meletakkan barang apapun di atas mushaf Al-Quran.

Imam Al-Baihaqi mengatakan, “Jangan meletakkan kitab lain, atau pakaian, atau apapun di atas mushaf. Kecuali, jika ada dua mushaf, boleh diletakkan dengan cara ditumpuk.” (Syu’abul Iman, 3:329)

Imam Al-Hakim dan At-Tirmidzi mengatakan pula, “Bagian dari kehormatan mushaf, ketika dia diletakkan, jangan dibiarkan berserakan. Dan, jangan meletakkan kitab apapun di atasnya, sehingga mushaf Al-Quran selalu berada di atas semua kitab.” (Nawadir Al-Ushul, 3:254)

Ingatlah Bunda! Guru itu Didatangi Bukan Mendatangani

Menurut Dr. Musthafa Dieb Al-Bugha, dalam Al-Wafi: Syarah Hadits Al-Arbain An-Nawawi, sSalah satu etika orang yang menuntut ilmu adalah mendatangi guru, ulama, atau ustadz, mencari mereka dan selalu bersama (mulazamah) dengan mereka, baik saat bermukim di suatu tempat atau saat dalam perjalanan.

Hal ini tersiratkan dalam Al-Quran manakala Allah Ta’ala berfirman tentang kisah Nabi Musa as. dengan Khidir, “Musa berkata kepada Khidir, ‘Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu? ‘” (QS Al-Kahfi, 18:66)

Jangan Biarkan Mereka Tumpul Hatinya

Jangan biarkan anak-anak kita selalu berada dalam kemudahan dan kesenangan. Kemudahan tanpa disertai tanggung jawab, atau kesenangan tanpa diserta empati, hanya akan menumpulkan hati. Adapun ujungnya adalah lahirnya sikap tidak peduli pada penderitaan dan kesusahan orang lain.

Ketika Nasihat Orangtua tidak Menyentuh Hati Anak

Kerap kali, orangtua sudah berbusa-busa menasihati anaknya agar ini agar itu. Namun sayang, sebanyak nasihat diberikan, sebanyak itu pula sang anak memberi penolakan.

Lalu, siapakah yang salah?

Sebelum saling menyalahkan, ada baiknya kita menyimak salah satu tausiyah Dr. Khalid Al Mushlih.

“Tiga hal yang jika hal ini ada dalam sebuah nasihat, niscaya dia tidak akan tertolak: (1) jujur, (2) pengalaman dan memahami kondisi yang dinasihati, dan (3) lemah lembut dalam menyampaikannya.”

Mengapa Anak Lebih Mudah Menghapal Al-Qur’an Dibandingkan Orangtua ?

Al-Quran bisa dihapal oleh siapa saja, tua atau muda, anak-anak atau orang dewasa. Hanya saja, anak-anak biasanya lebih cepat dalam menghapal Al-Quran dibandingkan orangtua. Mengapa demikian?

Sesungguhnya, pada anak-anak, sel-sel otak yang bertugas untuk menyimpan informasi lebih banyak dibandingkan sel-sel otak yang bertugas untuk menganalisis informasi. Seiring dengan pertambahan usia, sel-sel penyimpan informasi sedikit demi sedikit mulai digantikan oleh sel-sel penganalisis informasi.

Itulah mengapa, orangtua lebih pandai dalam menganalisis informasi, sedangkan anak-anak lebih mudah untuk menghapalkan informasi.

Adapun usia terbaik bagi seorang anak untuk mulai menghapal Al-Quran secara serius adalah saat usia 5 tahun.