Bacaan Al-Quran : Penawar Kesedihan, Penolak Bala Bencana

Jangan sepelekan bacaan Al-Quran. Dia bukan sekadar pendulang pahala dan penenang jiwa, tetapi juga bisa menolak bala bencana dan aneka kesedihan.

Dikisahkan, ada seseorang mendatangi Rasulullah saw. dengan membawa anaknya. Dia lalu berkata, “Wahai Rasulullah, anakku ini suka membaca Al-Quran pada siang hari dan tidur pada malam hari.” (Orang ini mengadukan anaknya karena hanya membaca Al-Quran di siang hari saja, tidak dengan malamnya).

Apa yang dikatakan Rasulullah saw. kepada orang ini? Beliau bersabda, “Jangan bersedih. Anakmu sudah berzikir pada siang hari dan (akan mendapatkan) keselamatan pada malam hari (karena sebab bacaan Al-Qurannya).” (HR Ahmad dari Abdullah bin ‘Amr ra.)

Sahabat Hudzaifah Al-Yamani ra. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Allah mengirimkan azab pada suatu kaum sebagai sebuah ketentuan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi (karena keburukan kaum tersebut).

Kemudian, salah seorang anak kecil (dari kalangan) mereka membacakan surat Alhamdulillâhi Rabbil ‘Âlamîn. Allah Ta’ala mendengarnya. Maka, Allah pun menangguhkan azab tersebut karena bacaan itu selama 40 tahun.” (At-Tafsîr Al-Kabîr, Fakhruddin Ar-Razi)

Balasan Terbaik untuk Seorang Khadijah

Wanita hebat ini bernama Khadijah binti Khuwailid ra. Allah Ta’ala memilihnya untuk menjadi pendamping manusia terbaik di muka bumi, yaitu Muhammad Rasulullah saw.

Dan, tahukah Anda bahwa Khadijah tidak menikah dengan Rasulullah saw. untuk bersenang-senang. Hari-hari Khadijah, terlebih setelah masa kenabian, adalah hari-hari yang berat, penuh kesibukan, penuh ujian, cacian, tekanan batin, dan aneka kesusahan. Semua yang dimilikinya dinafkahkan di jalan Allah bersama sang suami.

Lalu, apa yang dia dapatkan dari semua pengorbanannya? Cukuplah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. sebagai hujjah. Dia mengatakan bahwa Malaikat Jibril as. mendatangi Nabi saw. dan berkata:

“Sampaikan salam kepada Khadijah dari Allah dan dari aku. Beri tahukan kepadanya bahwa baginya sudah disediakan rumah di surga yang terbuat dari batu bata permata yang tidak ada keributan dan rasa lelah (di dalamnya).” (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Sesungguhnya, buah dari semua kesusahan dalam menapaki jalan ketaatan di dunia, sejatinya hanya akan didapatkan nanti di surga. Di sanalah orang-orang beriman akan mendapati ketenangan dan tiadanya keletihan yang hakiki.

Maka, bagi orang beriman, hidup adalah perjuangan. Istirahat terbaiknya adalah kelak saat berada di surganya Allah.

Obat Awet Terampuh

Ingin awet muda? Ini dia rahasianya. Prof. Dr. Muhammad Ratib An-Nablusi, dalam buku Mengenal Allah, menukilkan sebuah kisah penuh hikmah.

Ada seorang ulama di Damaskus yang telah mengajar tiga generasi. Ketika bertemu seseorang di jalan, dia berkata, “Anakku, engkau adalah muridku, ayahmu adalah muridku, dan kakekmu juga muridku.”

Bagaimana bisa? Ulama ini mulai mengajar sejak berusia 18 tahun dan beliau meninggal pada usia 98 tahun. Pada masa tuanya, tubuhnya tetap tegak, matanya tajam dan telinganya sangat peka. Allah Ta’ala pun memuliakannya dengan mengaruniakan istri yang panjang pula usianya.

Satu ketika beliau ditanya, “Tuan, apa rahasianya sehingga Anda tetap sehat dalam usia selanjut ini?”

Beliau menjawab, “Kami menjaganya sewaktu masih muda, kemudian Allah menjaganya ketika kami sudah tua.”

Maka, siapapun yang hidupnya digunakan dalam ketakwaan, niscaya dia akan hidup dalam kekuatan dan keberkahan.

Ayat Al-Quran yang Disunnatkan untuk Dibaca Saat Bangun Tidur

Saat bangun dari tidur di malam hari, apakah yang Anda baca? Status medsos, hasil pertandingan sepakbola, atau apa? Bagi seorang Muslim, ada tuntunan yang sangat indah dari Rasulullah saw. Selain membaca doa, ada untaian ayat Al-Quran yang selayaknya kita baca saat bangun tidur, yaitu sepuluh ayat terakhir dari surat Ali Imran.

Hal ini didasarkan pada riwayat sahabat Ibnu Abbas ra. Dia pernah bermalam di rumah Maimunah ra. istri Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang juga bibi dari jalur ibunya.

Ibnu Abbas ra. berkata, “Maka Rasulullah tidur sampai setengah malam, atau menjelang tengah malam atau lewat sedikit, beliau bangun, lalu beliau duduk dengan mengusap wajahnya, kemudian beliau membaca 10 ayat terakhir dari surat Ali ‘Imrân, kemudian beliau berwudhu dan menyempurnakannya, lalu beliau shalat malam.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Dalam Syarh Shahih Muslim, Imam An-Nawawi berkata, “Riwayat ini menunjukkan akan sunnahnya membaca ayat-ayat tersebut (yaitu sepuluh ayat terakhir surah Ali ‘Imran) setelah bangun tidur.”

Buruknya Lisan dan Kematian Su’ul Khatimah

Siapa yang mendambakan kematian husnul khatimah, wajib baginya untuk menjaga lisannya dari aneka perkataan buruk: ghibah, sumpah serapah, hinaan, dan celaah, terkhusus kepada saudara-saudara seiman.

Dalam Bahrud Dumu’, Al-Imam Ibnul Jauzi menasihatkan:

“Siapa menjaga lisannya di dunia karena Allah, niscaya Allah akan memberikannya kemampuan untuk mengucapkan syahadat ketika dia wafat sehingga (dia bisa) bertemu dengan-Nya.

Namun, siapa yang membiarkan lisannya mencela kehormatan kaum Muslim dan juga mengikuti aib-aib mereka, niscaya Allah akan menahan lisannya dari mengucapkan kalimat syahadat pada saat kematiannya.”

Maka, menjelang kematiannya, wajah sahabat Abu Dujanah Al-Anshari ra. tampak berbinar bahagia. Seseorang lalu bertanya kepadanya, “Mengapa wajahmu tampak berbinar-binar?”

Abu Dujanah menjawab, “Aku tidak punya amal perbuatan yang membuatku percaya diri (untuk menghadap Allah) selain dari dua hal. Pertama, aku tidak pernah mengucapkan perkataan yang tidak perlu (sia-sia). Kedua, hatiku selalu bersih terhadap kaum Muslim.” (Siyar A’lam An-Nubala, 1/243)

Tips Menenangkan Diri Ketika Sedang Marah

Sebelum sampai di surga akhirat (in syâ Allah), sebenarnya kita sudah bisa mengusahakan hadirnya surga sejak di dunia, yaitu dengan mencontoh karakter para penghuni surga.

Salah satunya adalah dengan menjauhkan kata-kata kasar, sia-sia, jorok, dan semisalnya di tengah keluarga kita. Pada saat bersamaan, kita bisa membudayakan kata-kata yang penuh kebaikan.

Maka, di antara ciri dari rumahku surgaku adalah: tiada dusta dan perkataan sia-sia, kotor, kasar lagi penuh cela.

Hal ini sesuai dengan gambaran Al-Quran tentang surga, “Di dalamnya (di surga) mereka tidak mendengar perkataan sia-sia dan tidak (pula perkataan) dusta.” (QS An-Naba’, 78:35)

Menjaga Perkataan : Ciri Ahli Surga

Sebelum sampai di surga akhirat (in syâ Allah), sebenarnya kita sudah bisa mengusahakan hadirnya surga sejak di dunia, yaitu dengan mencontoh karakter para penghuni surga.

Salah satunya adalah dengan menjauhkan kata-kata kasar, sia-sia, jorok, dan semisalnya di tengah keluarga kita. Pada saat bersamaan, kita bisa membudayakan kata-kata yang penuh kebaikan.

Maka, di antara ciri dari rumahku surgaku adalah: tiada dusta dan perkataan sia-sia, kotor, kasar lagi penuh cela.

Hal ini sesuai dengan gambaran Al-Quran tentang surga, “Di dalamnya (di surga) mereka tidak mendengar perkataan sia-sia dan tidak (pula perkataan) dusta.” (QS An-Naba’, 78:35)